RN - Dalam upaya mengajak anak-anak agar secara dini lebih peduli terhadap lingkungan sekitar, perancang busana Migi Rihasalay menggelar sekolah alam yang diikuti 45 anak praremaja secara gratis.
Edukasi tentang alam bertajuk 'Face of Nature' tersebut berlangsung di kawasan wisata Kampung Joglo, Pantai Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Banten.
"Saya mengapresiasi anak-anak maupun orangtuanya yang dengan senang hati mengikuti kegiatan Face of Nature atau Wajah Alam dengan tujuan mengedukasi anak-anak mencintai alam peduli terhadap limbah di lingkungan sekitar," kata Migi didampingi suaminya, Andrew James di Pandeglang, Banten, Senin (19/2).
BERITA TERKAIT :
Adapun kegiatan edukasi Wajah Alam diselenggarakan pada Minggu (18/2) pagi. Selama kegiatan berlangsung, anak-anak yang berasal dari kawasan Tanjung Lesung dan sekitarnya tampak bersemangat mengikuti edukasi yang disampaikan langsung oleh Migi dan Andrew.
"Melalui kegiatan ini saya mengajak anak-anak untuk mengfungsikan limbah atau sampah dari alam untuk dimanfaatkan menjadi sebuah karya seni, sekaligus mengajak anak2 untuk peduli lingkungan, khususnya limbah," kata Migi yang dikenal sebagai desainer tematik karena produk rancangan busananya selalu mengangkat tema tertentu.
"Selain itu, dari limbah alam ini anak-anak bisa belajar mengenali bagian-bagian dan jenis pepohonan sehingga menambah wawasan dan melatih sensorik pada anak-anak," sambungnya.
Migi menambahkan kelas Minggu pagi tersebut juga bertujuan menggali potensi anak untuk terus berkreativitas. "Kita juga melatih kepekaan lingkungan, misalnya limbah atau sampah yang ada di sekitar kita mau kita apakan," papar Migi.
Pada kegiatan itu, Migi mengajari anak-anak membuat gambar atau relief wajah di atas kardus bekas menggunakan limbah pohon berupa ranting, daun, biji-bijian, kembang, dan lainnya. Dari kardus bekas, digunting membentuk kotak atau oval, lalu dikreasi sehingga menjadi karakter wajah. Anak-anak sangat senang mengerjakannya.
Migi pun berniat akan mengembangkan kegiatan sosial ini agar diikuti lebih banyak lagi anak-anak di sekitar Kampung Joglo. "Untuk sekarang, 45 anak yang ikut. Nantinya setiap ada acara seperti ini akan ditambah 10 sampai 15 peserta. Kita bayangkan untuk beberapa tahun ke depan mungkin bisa sampai 200 anak. Saya yakin edukasi sekecil apapun bagi anak akan bermanfaat di kemudian hari," pungkas Migi.
Sebelumnya, Migi juga sering membuka kelas seni lainnya seperti melukis di atas kanvas maupun dengan media botol bekas. "Ini upaya menghargai hal sekecil apapun di sekitar kita, termasuk limbah bisa menjadi karya seni yang indah," pungkas Migi.
Ditambahkan sang suami, Andrew James, upaya memanfaatkan limbah alam juga sudah diaplikasikan pada Kampung Joglo miliknya. Deretan rumah kayu di pinggir pantai ini dibangun dari material limbah kayu yang diburunya dari kota ukir Jepara dan beberapa kota lainnya.
"Bangunan Kampung Joglo ini dibuat dari limbah kayu yang didapat dari Jepara dan lainnya, lalu dipindahkan kesini dengan desain ulang yang mendekati aslinya," ujar Andrew yang merupakan arsitek asal Australia. Pasangan Andrew dan Migi dikaruniai seorang anak yang masih mungil.