RADAR NONSTOP - Serangan fajar sudah menjadi hal biasa dalam dunia pencalegan. Mereka selalu menyiapkan dana untuk melakukan bom kepada pemilih.
Kisah penangkapan OTT politikus Golkar Bowo Sidik Pangarso dengan 84 kardus dan 400 amplop ibarat fenomena gunung es. Di daerah pemilihan (dapil), para caleg bukan hanya saling serang tapi juga adu kuat soal duit.
Caleg berkantong tebal tentunya dia lah yang akan melenggang ke parlemen.
BERITA TERKAIT :Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo menilai serangan fajar jelang pemilihan umum ibarat fenomena gunung es.
"Kalau saya melihatnya sebagai sinyal bahwa jangan-jangan ini seperti permukaan gunung es. Ternyata semua orang melakukan seperti itu. Ini hanya kebetulan, hanya satu (Bowo) yang ketangkap," ucapnya kepada awak media, Sabtu (30/3).
Hanya saja, kata Agus, KPK tak bisa menindak pelaku serangan fajar. Menurutnya, Bowo yang juga anggota DPR dari Golkar bisa dijaring dalam operasi tangkap tangan (OTT) karena berstatus sebagai penyelenggara negara.
"KPK kan kewenangannya sulit kalau di situ orangnya belum tentu penyelenggara negara. Hanya kebetulan kemarin orangnya penyelenggara negara," imbuh Agus.
Oleh karena itu Agus mengharapkan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) bisa bekerja keras dalam menindak pelaku serngan fajar. Sebab, kewenangan pengawasan pemilu ada di Bawaslu.
"KPK sangat terbatas. Ada Bawaslu dan kepolisian, saya sangat berharap mereka yang lebih aktif. Harus jauh lebih giat lagi melakukan pemantauan karena kita kemarin, contohnya menemukan amplop yang segitu banyaknya," jelasnya.