RN - Anggur shine muscat lagi heboh. Buah asal Jepang itu disebut-sebut mengandung zat bahaya.
Mengutip dari laman Speciality Produce, Shine Muscat dikembangkan pada 1997 di kebun anggur National Institute of Fruit Tree Science di Akitsu, Jepang. Buah ini biasa dikosumsi oleh para kaisar di Jepang.
Di Indonesia, anggur muscat dijual murah dan banyak diimpor dari China. Untuk ukuran paket biasa hanya dibanderol dengan harga Rp 20-30 ribu.
BERITA TERKAIT :Anggota Komisi IX DPR RI Irma Chaniago menyoroti temuan anggur shine muscat yang disebut tercemar zat kimia berbahaya. Dia mempertanyakan gerak cepat Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) menyusul temuan tersebut.
Dalam rapat kerja Komisi IX DPR RI bersama BPOM, Irma menyayangkan tidak adanya respons cepat yang diambil BPOM untuk mengecek kandungan zat kimia di anggur shine muscat yang beredar di Indonesia.
"Saya tanya Rizkal (Deputi Bidang Penindakan BPOM), kenapa kok BPOM gak bergerak? Rizkal, itu bukan wilayah BPOM, itu wilayahnya dari karantina," ungkapnya.
Kepada Irma, Rizkal mengatakan bahwa peredaran anggur Muscat bukan lah wewenang BPOM, namun Badan Karantina Indonesia. Irma pun menyampaikan kritikannya terhadap kepala BPOM Taruna Ikrar yang hadir di agenda tersebut.
Seharusnya, menurut Irma, BPOM bekerja sama dengan Badan Karantina mengenai peredaran anggur muscat. Irma pun mempertanyakan kinerja BPOM dalam mengawasi peredaran makanan dan obat-obatan.
"Jangan cuma ngomong, ini menurut Thailand, menurut Malaysia, begini, begini. Itu bukan kerja kamu, namanya itu. Kamu nggak kerja itu. Koordinasi dengan mereka, dengan Badan Karantina. Katanya itu sangat berbahaya lho anggur itu," ujarnya.
Otoritas pangan Thailand menemukan anggur Shine Muscat yang terkontaminasi dengan bahan kimia berbahaya. Anggur shine muscat ini juga disinyalir mengandung pestisida melebihi ambang batas aman.
Dikutip dari The Nation, Thai Pesticide Alert Network (Thai-PAN) mengeluarkan peringatan mengenai kontaminasi anggur 'Shine Muscat' setelah menemukan bahwa sebagian besar sampel yang dikumpulkan diyakini mengandung residu kimia berbahaya yang melebihi tingkat maksimum yang diizinkan.
Dalam upaya pengambilan sampel, 24 sampel anggur dikumpulkan dari 15 lokasi penjualan yang berbeda di Bangkok dan daerah sekitarnya pada 2-3 Oktober. Dari sampel tersebut, sekitar 9 di antaranya berasal dari China.
Tes laboratorium menemukan residu dari 14 bahan kimia berbahaya pada konsentrasi di atas batas keamanan 0,01 mg/kg. Secara total, tes tersebut juga mendeteksi 50 residu kimia, 22 di antaranya tidak diatur di bawah hukum Thailand saat ini, seperti triasulfuron, cyflumetofen, tetraconazole dan fludioxonil.
"Beberapa bahan kimia berbahaya yang ditemukan tidak termasuk dalam daftar bahan kimia berbahaya di Thailand dan, oleh karena itu, efek keamanannya belum dinilai, menambahkan bahwa banyak bahan kimia adalah pestisida sistemik, yang diserap ke dalam anggur, membuatnya tampak segar untuk jangka waktu yang lama," kata Prokchon U-sap dari Thai-PAN.
Prokchon mengatakan bahwa pestisida sistemik tidak dapat dengan mudah dihilangkan dari anggur dengan mencucinya dengan air.
Dia mengatakan bahwa importir dan pedagang anggur Shine Muscat harus lebih bertanggung jawab atas keamanan konsumen, dengan melakukan tes acak pada buah untuk menentukan apakah jumlah bahan kimia melebihi tingkat keamanan, dengan menghapus anggur yang berpotensi berbahaya dari rak mereka, dengan menentukan dengan jelas asal anggur dan, jika memungkinkan, melarang impor anggur yang ditemukan sangat dicampur dengan bahan kimia berbahaya.