RN - Miris dan sedih melihat ondel-ondel yang merupakan ikon budaya Betawi dijadikan objek mata pencaharian dengan mengamen.
Jamaluddin, putra asli Betawi yang kini duduk di Komisi A DPRD DKI Jakarta mendesak hotel dan mall taat dan menjalankan Perda 4/2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi.
Bang Jago, panggilan akrab putra asli Betawi Rawa Bambon ini menjelaskan, Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi mewajibkan adanya simbol atau pertunjukan ondel-ondel di tempat umum seperti tempat rekreasi, taman bermain, pusat perbelanjaan, dan hotel berbintang.
BERITA TERKAIT :“Perdanya sudah ada sejak 2015 lalu, eksekusinya belum kelihatan. Contohnya yang sudah jelas di depan mata ini kan Ondel-Ondel. Ondel-Ondel ini kan harusnya bisa dikasih tempat seperti halaman mall atau hotel berbintang, supaya mereka ini mempunyai tempat untuk menuangkan ide dan kreasi di tempat yang baik,” ujarnya.
Karena itu, bang Jago mendesak agar Pemprov DKI Jakarta tegas terhadap mall dan hotel yang tidak menjalankan Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi.
“Mall dan hotel yang tidak menjalankan Perda itu mestinya ditindak tegas, harus ada teguran dan sanksi agar ada ruang saudara-saudara kita ini untuk menuangkan ekpresi dan kreasinya,” cetus bang Jago yang kembali maju di Pileg 2024 ini di dapil 6 dengan nomor urut 10.
Kecintaan bang Jago terhadop budaya Betawi bukan hanya omdo alias omong doang. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya sebuah Yayasan Panggung Rawa Bambon sejak tahun 2002 yang berlokasi di Jalan Rawa Bambon 27, RT 01/004, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur.
Beragam budaya Betawi turut dilestarikan oleh Yayasan itu, mulai dari Tanjidor, Gambang Kromong, Ondel-Ondel, Palang Pintu, Tari Topeng, Pencak Silat, Lenong, dan Tari Lenggang Nyai.
Bang Jago tidak pernah menarifkan harga untuk warga yang ingin bergabung di sanggarnya. Tak jarang di waktu luang, ia ikut melatih anak-anak sanggar belajar Pencak Silat.
“Saya belum pantas buat disebut pelatih. Sekedarya aja dari pada anak-anak disini olahraganya tidak jelas, apalagi musimnya anak tawuran. Makanya sejak dini kita tanamkan ilmu supaya anak kita lebih mengenal budaya kita sendiri seperti Pencak Silat,” tutur dia.
Warga sekitar rumahnya pun dibekali keterampilan membuat dodol dan minuman asli Betawi, yaitu Bir Pletok yang terbuat dari berbagai macam rempah seperti jahe merah, sereh, kunyit, kayu secang, kayu manis, lada hitam, daun pandan, daun jeruk, biji pala, kapulaga, kembang lawang, serta cengkeh, ditambah gula dan garam.
Bang Jago berharap keterampilan membuat dodol dan bir pletok bisa membuat warga sekitarnya menjadi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menggerakkan roda perekonomian.