RN – Debat perdana capres 2024 yang digelar oleh KPU, menunjukan siapa capres paling memiliki kapasistas intelektual dalam kemampuan menjelaskan visi dan misinya, kemampuan mengajukan pertanyaan yang berbobot, serta kemampuan dalam menjawab pertanyaan dari kandidat lain.
Dan Anies Baswedan dalam debat edisi perdana tersebut menang mutlak dari pasangan capres lainnya. Anies Baswedan mampu secara lugas dan jelas menjabarkan visi misinya terkait tentang hukum, HAM, dan peningkatan pelayanan publik.
Hanya Ganjar Pranowo yang mampu mengimbangi intelektual Anies dalam debat tersebut, sementara Prabowo masih gampang terbawa emosi karena terpancing penyataan dan pertanyaan.
BERITA TERKAIT :Demikian diungkapkan oleh Fauzan Luthsa, Koordinator Presidium PA 98 dalam siaran persnya, Rabu (13/12) di Jakarta. Fauzan yang juga aktivis 98 ini juga memberikan skor penilaian terhadap jalannya debat. "Untuk kemampuan menjelaskan visi dan misinya, Anies mendapat skor: 8, Ganjar: 7 dan Prabowo: 5" papar Fauzan.
Fauzan menambahkan, kemampuan Anies menjelaskan visi misinya mudah dipahami dan dimengerti oleh publik. Dan Anies selalu menjelaskan dengan berbasis data. “Publik bukan hanya memahami dan mengerti tapi juga dicerahkan oleh data yang disajikan Anies" jelasnya.
Untuk kemampuan mengajukan pertanyaan yang berbobot. Fauzan memberi skor 9 buat Anies dan Ganjar, sementara Prabowo diberikan skor 6.
KLIK EDISI DIGITAL RADAR NONSTOP. TERBIT DARI SENIN-JUMAT
"Pertanyaan Prabowo nyaris tidak ada yang berbobot dan pertanyaannya standar. Misalnya soal polusi di Jakarta, dimana semua orang tahu bahwa problem polusi di Jakarta bukan bersumber hanya dari Jakarta saja tapi juga daerah penyangga ikut menyumbang" ujar Fauzan.
Polusi di Jakarta, menurut Fauzan lebih disebabkan tingginya polusi di daerah penyangga seperti Tangerang, Bogor, dan Bekasi yang banyak terdapat industri.
Untuk kemampuan dalam menjawab pertanyaan dari kandidat lain. Fauzan memberi Skor 8 untuk Anies, 7 untuk Ganjar, dan 5 untuk Prabowo.
"Ganjar lugas dan berbasis data serta fakta namun kurang detail dalam menjelaslan solusi yang ditawarkan, misalnya soal pelanggaran HAM, Ganjar hanya melihat legal formal penyelesaiannya tapi luput meletakan prinsip keadilan sebagai landasan legal formal penyelesaiannya" ujarnya.
Sementara Fauzan menerangkan, terkait Prabowo diberi skor 5 karena dalam menjawab pertanyaaan lebih dominan emosi, sehingga jawabannya tidak sistematis dan terstruktur.
Apalagi saat ditanya soal penyelesaian pelanggaran HAM, malah dijawab soal anggapan Prabowo, bahwa soal penyelesaian pelanggaran HAM sebagai isu daur ulang 5 tahunan, dan malah mencontohkan soal kasus pembunuhan di Jakarta.
"Jelas beda antara kasus pelanggaran HAM karena penyebabnya adalah adanya perintah negara dengan kasus kriminalitas yang terjadi di Jakarta" kata Fauzan.