Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Memiliki Koalisi Gemuk, Muhamad-Saraswati Rawan Digembosi Pihak Lawan

Doni | Sabtu, 05 September 2020
Memiliki Koalisi Gemuk, Muhamad-Saraswati Rawan Digembosi Pihak Lawan
-

RADAR NONSTOP - Pasangan Bakal Calon (Bacalon) Walikota dan Wakil Walikota Tangerang Selatan (Tangsel), Muhamad-Rahayu Saraswati Djojohadikusumo mendaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Tangsel, sebagai peserta Pilkada Tangsel.

Paslon yang dimotori koalisi gemuk yakni PDIP, Gerindra, PSI, PAN, Hanura, dan didukung partai non parlemen seperti Perindo, Nasdem, Berkarya dan Partai Garuda, itu dalam kacamata pengamat politik dinilai sangat rawan digembosi.

Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh pengamat kebijakan publik dan politik dari UNIS Tangerang, Miftahul Adib, Jum'at (4/9/2020).

BERITA TERKAIT :
Dedi Mulyadi Sudah 71,5 Persen, Syaikhu Gak Laku Dan PKS Lagi Anjlok
DPRD Tangsel Tancap Gas, Kebut 12 Raperda Di 2025

Menurut Adib, koalisi gemuk yang berada dikubu Muhamad-Saraswati, yang dikenal dengan Blok M, itu dinilai tak merepresentasikan kemenangan. 

Pasalnya, hal itu menurut Adib, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan melalui survei beberapa waktu lalu oleh Kajian Politik Nasional (KPN) dan dinamika aktor politik di parpol pendukung MS.

"Koalisi gemuk secara matematis diatas kertas memang banyak. Tinggal dijumlahin angkanya selesai. Tapi tak sesederhana itu. Fakta bahwa pemilih lebih melihat popularitas, likebilitas dan elektabilitas figur inilah yang menentukan siapa bakal jadi pemenang. Jadi sangat beda antara Pileg dan Pilkada," terang Miftahul Adib.

Dengan demikian, analis politik dan juga dosen Fisip UNIS, pun memberikan pandangan berbeda lagi dengan adanya koalisi gemuk di kubu Blok M. 

Dia berpendapat, Koalisi gemuk di kubu Blok M malah rawan digembosi dan terancam tak solid. Alasannya calon yang direkomendasikan maju tak sesuai keinginan kader alias bukan kader internal partai.

"Dinamika di internal partai seperti di PDIP dan Gerindra Tangsel ini kan banyak mempengaruhi dan diprediksi melemahkan elektoral MS. Rasa tak puas kader ada, karna yang diusung bukan kader internal. Di PDIP malah sempat panas kan. Nah ini yang membuat koalisi itu tak solid dan rawan gembos," ujar Adib.

Sisi lain, kata dia, kondisi tak solid juga disebabkan minimnya ikatan emosional antara calon dengan kader dibawah. Sebab, kata dia, pasalnya calon yang dihadirkan ujug-ujug atau instan. 

Kondisi lain, menurutnya, turut diperparah dengan loncatnya tokoh berpengaruh di parpol yang terang-terangan memberi dukungan kepada calon lain.

"Kaitan emosional rendah, karena semua dirasa tokoh instan. Inilah juga sebab menjadikan soliditas internal itu kendor. Belum lagi tokoh yang punya massa militan seperti Arsid dan Biem Benyamin yang punya dampak elektoral lumayan besar, juga belok arah," bebernya.

Kendati begitu, Adib menambahkan, tiga bulan kedepan menjadi waktu berharga bagi pasangan yang ingin memenangkan pertarungan di Pilkada Tangsel. 

Sebab, dengan kurun waktu itu pasangan tersebut bisa menemukan formula dalam visi misi yang bisa membuat warga Tangsel jatuh hati dengan program yang ditawarkan.