RN - Anggaran ugal-ugalan di Pemkot Tangerang Selatan (Tangsel) harus dibongkar. Warga Tangsel harus membantu perjuangan artis Leony Vitria Hartanti memberantas korupsi.
Anggota Trio Kwek Kwek itu berani dalam membongkar rakusnya para pejabat di Tangsel. "Ayo warga Tangsel jangan diam aja, bantu Leony," teriak netizen di medsos.
Pengamat politik dan hukum Tamil Selvan menilai, aksi berani Leony wajib diacungi jempol. "Tapi gerakan ini harus didukung warga," bebernya.
Sebab APBD ugal-ugalan Tangsel telah melukai rakyat. "Ayo warga Tangsel bergerak dan jangan diam," bebernya.
Diketahui, Leony menyoroti Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tangsel tahun 2024. Leony berhasil membongkar anggaran Pemkot Tangsel pada 2024 yang menembus Rp 5 triliun berikut pendapatan dari bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) Pemkot Tangsel menyumbang Rp 733 miliar. Dia menelisik total 127 program di dalamnya.
Betapa terkejutnya Leony, ketika melihat susunan yang janggal pada anggaran program Pemkot Tangsel - yang tentulah sudah disetujui DPRD-nya dan diAcc oleh BPK dan instansi pengawasan anggaran terkait.
Diungkapkan oleh Leony: "Rp 1,8 triliun buat barang dan jasa termasuk bayarin perjalanan dinas Rp 117 miliar dalam satu tahun. Beli alat tulis kantor Rp 38 miliar? Kertas dan cover Rp 6 miliar? Mohon maaf itu beli ATK atau pabriknya?" katanya, emosi.
Leony juga menemukan, anggaran suvenir senilai Rp 20,48 miliar, biaya perjalanan dinas yang mencapai Rp 117 miliar, serta biaya makan minum rapat hingga pakaian dinas yang nilainya tembus puluhan miliar rupiah.
Alokasi untuk pos suvenir yang mencapai Rp 20,48 miliar mengalami kenaikan 51,94 persen dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 13,48 miliar. Menurut Leony, angka tersebut tergolong fantastis bila dibandingkan dengan kebutuhan lain yang lebih mendesak.
Kejanggalan berikutnya adalah anggaran untuk makan dan minum rapat yang mencapai Rp 60 miliar sepanjang 2024. Bagi Leony, angka ini jelas tidak masuk akal.
Leony juga mengulas perbandingan anggaran perjalanan dinas dan pemeliharaan infrastruktur. Dalam laporan itu, perjalanan dinas mencapai Rp 117 miliar. Sementara untuk pemeliharaan jalan, jaringan, dan irigasi hanya dialokasikan Rp 731 juta.
“Nah uang pajak dari rakyat untuk rakyat kan berarti ini ya yang beban pemeliharaan jalan, jaringan, dan irigasi Rp 731 juta aja ceunah,” tulisnya.
Leony juga menyoroti alokasi bantuan sosial (bansos) yang hanya Rp 136 juta. Jika dibagi dengan data jumlah masyarakat miskin di Tangsel yang mencapai 43.330 jiwa, yang artinya “setiap orang hanya mendapat setara satu bungkus mi instan per tahun”
Sektor pendidikan tak lolos dari sorotan Leony. Dari total anggaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebesar Rp 860 miliar, belanja pegawai tercatat Rp 479 miliar. Namun, alokasi itu ternyata tidak berdampak langsung pada kesejahteraan guru honorer.
Leony membagikan pesan dari seorang warganet yang mengaku sebagai istri guru honorer. Dalam pesannya disebutkan, sang suami hanya menerima honor Rp 500.000 setiap tiga bulan sekali. “Nih real ya! Anggaran belanja jasa itu enggak nyampe tepat sasaran!!” tulis Leony menanggapi pesan DM tersebut.
Leony menegaskan bahwa langkah ini ia lakukan sebagai warga Tangsel yang ingin tahu ke mana uang pajak masyarakat dialokasikan. “Sesuai request ya.. bikin konten research dulu dan sesuai data. Saya mau lihat nih uang pajak kita ke mana, karena saya warga Tangsel,” tulis Leony dalam unggahannya, Jumat (19/9/2025).