RADAR NONSTOP- Keberadaan Masjid Raya Bintaro dan Gereja GKI Immanuel, di Jalan Maleo Raya Bintaro, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menjadi salah satu contoh wujud toleransi beragama.
Pasalnya keberadaan tempat ibadah berbeda agama itu memiliki jarak sebagai pemisah sekitar 10 meter, namun sejak tahun 1997 saling menjaga komunikasi. Bahkan, komunikasi antar pengurus dan umat saling terjaga dengan baik.
Ketika dijumpai Radarnonstop.co (Rakyat Merdeka Group), Wakil ketua majelis GKI Immanuel, Bresman Napitupulu mengaku pihaknya selalu menjaga komunikasi harmonis dengan pihak Masjid Raya Bintaro.
BERITA TERKAIT :Bahkan, kata Bresman, pihak Gereja GKI Immanuel dan Masjid Raya Bintaro sama-sama saling bergantian memanfaatkan lahan masing-masing untuk parkir jemaat gereja dan jamaah Masjid.
"Ya biasa aja di sini mah aman-aman aja sih, kita saling menjaga komunikasi dengan muslim terjalin baik. Bahkan kalau lagi Jumatan parkir di masjid kan kadang penuh jadi parkir di sini, dan sebaliknya sekitar 1000 jemaat gereja kalau lagi ibadah juga memanfaatkan lahan masjid untuk parkir,"terang Bresman Napitupulu, Selasa (24/12/2019).
Dijumpai terpisah, Sekretaris Yayasan Masjid Raya Bintaro, Heri Endrianto mengatakan bahwa komunikasi pihak Masjid Raya Bintaro dan Gereja GKI Imanuel telah terjalin sejak awal. Kata, Heri, komunikasi tersebut berawal sejak 1997.
"Jika ada kegiatan keagamaan kita saling komunikasi lewat surat, kita saling memanfaatkan lahan masing-masing untuk bergantian. Kalau saya Lakum Dii Nukum Wa Liya Diin (Bagimu agamamu, bagiku agamaku), kedepannya saya berharap komunikasi ini dapat terus berjalan,"jelas Heri Endrianto, saat dijumpai diruanganya.
Sementara, Kepala Kemenag Tangsel Abdul Rozak menyampaikan bahwa toleransi, moderasi dan kerukunan sudah berjalan di Tangsel.
"Masyarakat Tangsel adalah masyarakat yang toleran, moderat dan cinta kerukunan sehingga setiap hari besar agama sesama umat beragama selalu saling menghargai, menghormati dan saling membantu. Itu untuk kelancaran perayaan agama tanpa melihat perbedaan keyakinan dan ritual yang mereka lakukan,"ujar Abdul Rozak melalui keterangannya
Kendati demikian, Kemenag Tangsel berharap, masyarakat dapat membudayakan toleransi, moderasi dan kerukunan hidup umat beragama di Tangsel.
Dengan begitu, Abdul Rozak menegaskan, bahwa hidup rukun dan saling menghargai dan menghormati perbedaan keyakinan menjadi sebagai karakter masyarakat Tangsel dan bangsa Indonesia.