RADAR NONSTOP - Peristiwa 22 Mei yang menelan korban anak - anak masih menyisakan misteri. Meski korban yang gugur sudah dimakamkan di tempat peristirahatan terakhir. Tapi keluarga korban hingga saat ini belum mendapat keadilan.
Pelaku penembakan tak juga diungkap kepermukaan. Kepolisian saat ini justru sibuk mencari dalang. Padahal semestinya, sebelum ‘ngurusi’ dalang, wayang dilapangan harusnya sudah dikenakan saksi atas perbuatannya menghilangkan nyawa orang lain.
Apakah sedemikian susahnya mengungkap dan mengadili pelaku (red-kriminal umum) dibandingkan mengungkap dalang? Apa susahnya menghukum pelaku penembakan sebagaimana permintaan keluarga korban yang menginginkan keadilan ditegakkan.
BERITA TERKAIT :"Harapan minta keadilan karena anak saya masih di bawah umur menjadi korban penembakan yang membuat seluruh Indonesia tahu bahwa anak di Indonesia sudah jadi korban," kata Didin Wahyudin meminta keadilan bagi anaknya, Harun Al Rasyid, yang menjadi korban tewas peristiwa 22 Mei.
Tak hanya soal pelaku penembakan yang sampai saat ini belum diungkap. Penahanan Kivlan Zen, seorang purnawirawan TNI di Rutan Guntur juga menjadi perbincangan hangat di arus bawah (masyarakat). Bukan soal status tersangkanya, tapi soal tempat penahanan Kivlan Zen, kenapa di Rutan Guntur?
“Bukankah ketika seorang TNI itu sudah pensiun alias purnawirawan dia kembali ke masyarakat menjadi sipil. Lalu kenapa ditahan di Rutan Guntur, kan dia bukan militer lagi, kalau memang masih aktif, ya memang di Rutan Guntur. Inikan sudah pensiun artinya sudah jadi sipil,” ujar salah satu pensiunan atau purnawirawan kepada radarnonatop.co di Cipayung, Jakarta Timur.