Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Haryanto Badjoeri Legenda Hidup Satpol PP DKI

RN/CR | Kamis, 13 Juni 2019
Haryanto Badjoeri Legenda Hidup Satpol PP DKI
Haryanto Badjoeri dekat dengan media dan anak buah, baik saat masih menjabat maupun setelah pensiun -Net
-

RADAR NONSTOP - Sungguh beruntung Satpol PP DKI Jakarta memiliki seorang pemimpin yang hingga saat ini masih menjadi legenda.

Ya, Haryanto Badjoeri, Kasatpol PP di masa pemerintah Fauzi Bowo. HB bahkan kerap dijuluki anak buahnya sebagai ‘gubernur malam’.

Julukan atau gelar tersebut bukan tanpa alasan dan datang begitu saja. Tangan dingin, kedisiplinan dan kepiawaiannyalah sehingga anak buahnya, bahkan seluruh PNS di DKI Jakarta memberinya gelar tersebut.

BERITA TERKAIT :
Situs Resmi Pemprov DKI Marak Iklan Judol, Kerjasama?
Sapol PP DKI Yang Main Judol Belum Kena Sanksi, Pakai TKD Apa Setoran?

Soal kepemimpinan dan kepedulian Haryanto Badjoeri terhadap anak buahnya dan sesama anak cucu adam ini tak perlu diragukan lagi. 

Tak tanggung - tanggung, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (red - saat menjadi gubernur DKI Jakarta) kerap mengingatkan Kasatpol PP DKI Jakarta, Kukuh Hadi Santoso.

BTP pada 30 April 2013, ketika dia masih menjadi wakil gubernur, pernah memuji HB. Pujian BTP itu dia sampaikan ketika menjadi inspektur upacara dalam apel besar memperingati Hari Ulang Tahun ke-63 Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Hari Ulang Tahun ke-51 Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) di lapangan Monumen Nasional (Monas). 

Setelah memimpin upacara, Basuki memotong tumpeng dan memberikan potongan pertama kepada HB, selaku mantan Kepala Satpol PP DKI. BTP mengatakan bahwa Haryanto harus dapat menjadi contoh bagi pemimpin lainnya. 

"Bapak ini harus dijadikan contoh. Pak Haryanto adalah Bapak yang sangat loyal kepada korpsnya," kata Basuki.

Berulang kali BTP mengatakan kepada Kepala Satpol PP DKI Kukuh Hadi Santoso waktu itu agar dia meniru sifat Haryanto yang sangat dicintai anak buahnya.

BTP memuji sifat penyayang tetapi tegas yang dimiliki HB. Sifat itu pulalah yang harus tertanam pada diri Kukuh sebagai Kepala Satpol PP DKI yang waktu itu belum genap sebulan menjabat. 

Menurut Basuki, apabila ada personel Satpol PP yang tak mampu menyekolahkan anak-anak mereka, HB turun tangan membantu mereka. “Pak Haryanto adalah contoh pemimpin yang menenangi hati anak buahnya.”

Pujian BTP kepada HB enam tahun silam itu tidak salah alamat. HB sampai sekarang pun masih menjadi figur yang selalu dicari oleh banyak orang yang menghadapi kesulitan.

Orang-orang silih berganti datang kepada HB. Mereka bukan datang memberi upeti, tetapi datang meminta solusi.

Banyaknya orang yang mendatanginya inilah yang selalu membuat hati Haryanto Badjoeri tidak pernah sepi.

Saat ini, meski sudah tidak lagi ‘berkuasa’ Haryanto Badjoeri tidaklah seperti pejabat kebanyakan yang terkena post power syndrome. 

Syndrome yang biasa menghinggapi orang-orang besar ketika mereka sudah “habis” dari kekuasaannya. Mereka merasa tidak lagi berguna atau dibutuhkan oleh banyak orang, sehingga mental mereka menjadi labil secara sosial.

Tetapi, hal itu tak terjadi pada figur Haryanto Badjoeri, mantan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta ini. 

Meskipun sudah selesai dari dinasnya di pemerintahan, HB—demikian Haryanto Badjoeri disapa oleh koleganya maupun media, tetap didatangi dan dibutuhkan banyak orang.

Karakternya yang sejak muda berdinas di Pemprov DKI sebagai orang periang, hangat, dan suka menolong, berbuah di hari tua. Dia masih dikenang dan didatangi oleh banyak orang yang pernah dia tolong maupun yang masih membutuhkan bantuannya.

“Budi baik yang Mas HB tanam sejak muda berbuah sekarang ini. Orang masih datang menghormatinya dan mengenangnya,” ungkap salah seorang koleganya, Muhidin Muchtar.

HB sendiri sekarang ini hanyalah orang biasa yang berkarya pada salah satu perusahaan BUMD milik Pemprov DKI. Dia tidak punya kekuasaan besar seperti ketika dia masih berdinas di Pemprov DKI. 

Tetapi, setiap hari, “pasiennya” yang datang ke kantornya mencapai belasan orang. Mereka yang datang itu dari berbagai usia, golongan, suku, agama, dan status sosial. 

Status tamunya ada yang sudah pensiunan, ada yang pegawai negeri, ada aparatur kepolisian, ada wartawan, ada aktivis, ada preman, bahkan ada pengangguran yang membutuhkan pekerjaan. Mereka datang ke HB hanya satu tujuan, --“mencari berkah”.

Tidaklah heran bila ruang kerja milik HB penuh sesak hingga tamunya harus duduk di luar bahkan ada yang berdiri di tangga. Mirip dokter spesialis ahli penyakit kronis yang didatangi banyak pasien.

Tetapi, HB tidak pernah risih dengan banyaknya tamunya itu. Dia dengan riang gembira menemui mereka. Di ruangan kerjanya yang kecil, HB selalu bercerita banyak hal sambil mendengarkan keluh-kesah tamu-tamunya itu. Untuk menghargai mereka, dia juga menyediakan aneka minuman dan makanan berkualitas sebagai santapannya.

Setelah mendengarkan persoalan hidup semua tamunya, HB kemudian memberi solusinya. Ada yang dibantu mencari pekerjaan, biaya sekolah, sampai urusan kariernya di kantor.

Bahkan pada momentum hari Lebaran ini, HB tak lupa masih membagikan puluhan paket rezeki kepada tamu-tamunya. Rezeki itu dia berikan secara merata tanpa membedakan statusnya.

“Lumayan, sudah dikasih solusi atas kesulitan saya, ehh masih dikasih rezeki pula. Semoga Pak HB makin sehat dan panjang umur,” ujar salah seorang tamunya yang menerima satu amplop putih dari HB.

Watak murah hatinya ini bukan datang tiba-tiba ketika dia sudah tua. Dulu ketika masih berdinas di DKI Jakarta, HB juga sudah dikenal dermawan oleh siapa saja.

Bukan hanya anak buahnya, tetapi lebih-lebih kepada masyarakat umum. Tidaklah heran bila nama HB sebagai dermawan dikenal oleh banyak PNS DKI maupun masyarakat.

“Mas Har itu memang pohon duit. Pagi berbuah, sore dipetik. Begitu terus sepanjang masa,” ujar salah seorang koleganya mengenang HB yang suka membagi rezeki sambil berolahraga sore di kawasan Gelanggang Olahraga Bung Karno pada tahun 90-an ini.