RADAR NONSTOP - Kinerja komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) dinilai gaga total. Parameter untuk mengukur kegagalan. Menurut CEO Sekretariat Nasional (Seknas) Prabowo, Muhamad Taufik, sangat mudah melihat ketidak becusan kinerja penyelenggara pemilu periode sekarang.
Pertama, kata Taufik, dalam catatan hingga sekarang Jumat, (26/4) jumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia pada penyelenggaraan Pemilu 2019 memasuki 225 orang. Artinya, KPU tidak memikirkan para pejuang demokrasi di bawah. ’’Angka 225 meninggal. Ini keggalan komisioner KPU. Mereka harus tanggungjawab dan mundur,’’ jelas Taufik di Seknas Prabowo - Sandi, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (26/4).
Kedua, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra DKI itu menegaskan, proses input suara hasil ke sistem informasi penghitungan suara (situng) baru mencapai 34 persen. Jelas, ini kegagalan karena memasuki hari kedelapan pasca pemilu masih berkutat di angkan di bawah 50 persen.
BERITA TERKAIT :’’Ironisnya, ini diakui KPU belum sesuai target. Makanya, lebih baik mundur. Jelas gagal kok. Ini pemilu paling ngaco. Mundur Arif Budiman dan harus mempertangjawabkan, atas kekacauan ini,’’ ucap dia.
Taufik menegaskan, penyelenggara pemilu bisa lebih jeli dalam melaksanakan pesta demokrasi secara serentak lima tahunan ini, hal tersebut untuk menghindari kejadian hingga memakan korban. Artinya, KPU tidak memikirkan, kesehatan para petugas KPSS selama bekerja. ’’KPU hanya menambahkan waktu penghitungan tingkat kecamatan sampai 17 hari. Tetapi, tak pikirkan kesehatan dan daya tahan tubuhnya,’’ bebernya.
“Seharuanya, KPU itu bisa jeli dan tak memaksakan kehendak seperti saat ini. Jika jeli, kejadian semacam ini tak akan terjadi. KPU itu gagal. Hanya satu kata, Arif Budiman harus mundur,’’ tegas dia.