Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Dugaan Pelecehan di SMKN 56, Praktisi: Dunia Pendidikkan di Jakut Sedang Tidak Baik-baik

HW | Selasa, 08 Oktober 2024
Dugaan Pelecehan di SMKN 56, Praktisi: Dunia Pendidikkan di Jakut Sedang Tidak Baik-baik
Praktisi Pendidikan Nini Fitriani tengah memberikan mata kuliah
-

RN - Dalam beberapa waktu terakhir, kita sering mendengar berita tentang kasus pelecehan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa

Fenomena ini tidak hanya menjadi perhatian masyarakat, tetapi juga viral di berbagai platform media sosial. 

Situasi ini sangat memprihatinkan dan seharusnya tidak terjadi dalam lingkungan pendidikan. 

BERITA TERKAIT :
Zita Jabat Wakil Menteri Pariwisata, Didongkrak Ayah Usai Gagal Jadi Cagub Dan Pimpinan DPRD DKI?
Pimpinan Komisi DPRD DKI, Beking Mengalahkan Senioritas

Seperti yang terjadi baru-baru ini, semisal mencuat dan ramai dugaan kasus pelecehan terhadap siswi di SMKN 56 Pluit, Kec Penjaringan, Jakarta Utara oleh oknum guru.

Dimana, sebagai lembaga yang seharusnya menjadi tempat aman bagi siswa, sekolah harus berupaya keras untuk mencegah terjadinya tindakan yang merugikan ini.

Menurut prakstisi pendidikan Nini Fitriani, S.Psi., S.H., M.Pd, guru memiliki peran yang sangat mulia dalam masyarakat, di mana mereka tidak hanya berfungsi sebagai pendidik, tetapi juga sebagai teladan bagi peserta didik, orang tua, dan komunitas secara keseluruhan. 

Tugas seorang guru adalah membimbing dan mendidik generasi penerus bangsa dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab. 

"Oleh karena itu, tindakan pelecehan yang dilakukan oleh oknum guru sangat bertentangan dengan nilai-nilai luhur profesi ini dan mencoreng citra pendidikan itu sendiri,"ujarnya, Selasa (08/10/2024).

Dikatakan srikandi jebolan S1 Psikologi UIN Jakarta dan S2 PAUD Univ Negeri Jakarta ini, sebagai pendidik, guru seharusnya menjalankan tugasnya dengan profesionalisme tinggi, baik dalam aspek administratif maupun dalam tugas-tugas tambahan yang diamanahkan oleh tim sekolah. 

"Profesionalisme ini mencakup kemampuan untuk menjaga batasan yang sehat dalam hubungan dengan siswa dan rekan kerja. Dengan demikian, penting bagi sekolah untuk memberikan ruang terbuka dan transparansi dalam setiap interaksi antara guru dan siswa, termasuk penggunaan kaca transparan dalam ruang bimbingan agar semua aktivitas dapat dipantau,"tuturnya.

Lanjut Nini menyatakan, guru perlu fokus pada pelaksanaan tugas mereka dengan baik, serta meningkatkan kompetensi dalam empat aspek penting: profesionalisme, pedagogik, kepribadian, dan sosial. 

Dengan mengembangkan diri di bidang-bidang tersebut, guru akan lebih siap menghadapi tantangan di kelas dan mampu memberikan pendidikan yang berkualitas kepada siswa. 

"Ketika guru menunjukkan komitmen untuk terus belajar dan berkembang, hal ini akan berimbas positif terhadap cara mereka berinteraksi dengan siswa. Jika para guru dapat melaksanakan tugas dan perannya dengan baik, maka dampaknya akan terlihat jelas pada perilaku dan kecerdasan siswa. Siswa yang merasa aman dan dihargai di lingkungan sekolah akan lebih termotivasi untuk belajar dan berkembang. Bukan dijadikan pelampiasan nafsu hasrat birahi,"bebernya.

Oleh karena itu Nini menegaskan, penting bagi semua pihak, baik guru, sekolah, maupun orang tua, untuk bersinergi dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan mendukung bagi semua peserta didik. 

"Dengan demikian, kita dapat berharap bahwa kasus pelecehan seperti ini tidak akan terulang lagi di masa depan. Untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual di lingkungan pendidikan, institusi pendidikan perlu menerapkan kebijakan dan regulasi yang tegas," tandasnya.

Nini juga menyarankan, kebijakan ini harus mencakup prosedur pelaporan yang jelas, serta langkah-langkah disipliner bagi mereka yang terbukti melakukan pelecehan. Selain itu, sekolah juga perlu melakukan pelatihan rutin bagi semua staf pengajar dan karyawan tentang pencegahan pelecehan seksual dan cara mengenali tanda-tandanya. 

"Dengan adanya kebijakan yang kuat, diharapkan dapat menciptakan kesadaran kolektif di antara semua pihak tentang pentingnya menjaga lingkungan belajar yang aman.

Di samping peran guru dan sekolah, masyarakat dan orang tua juga memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi siswa,"imbuhnya.

Selain itu tambah Nini, orang tua perlu aktif berkomunikasi dengan anak-anak mereka mengenai pentingnya melaporkan perilaku yang tidak pantas dan memberikan dukungan emosional ketika anak-anak mereka menghadapi situasi sulit. 

Masyarakat juga dapat berperan dengan membangun jaringan dukungan bagi korban pelecehan, sehingga mereka merasa tidak sendirian dalam menghadapi masalah ini. 

"Dengan kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat, kita dapat bersama-sama mencegah terjadinya pelecehan seksual dan memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi tempat yang aman dan mendukung bagi semua siswa,"tambah Nini mengakhiri pembicaraan.