RN - Intoleransi di Kota Bekasi menjadi musuh bersama. Intoleransi menjadi ancaman kerukunan ummat beragama.
Di Kota Bekasi intoleransi iarat sudah masuk dalam zona merah, begitu juga dengan radikalisme harus menjadi PR bersama.
Hal itu diungkapkan Ketua PCNU Kota Bekasi, Kiyai Ayi Nurdin dalam acara Dialog Kebangsaan yang digelar, pada Jumat (4/10/2024) malam oleh aktivis Kelompok Cipayung Unisma di Kota Bekasi.
BERITA TERKAIT :"Peristiwa ASN yang sempat viral harus menjadi pelajaran dan umat muslim harus menghormati hak hak antar umat beragama," ucap Ketua Tanfidziah NU Kota Bekasi.
Selain itu, Kiyai Ayi juga menegaskan bahwa isu intoleransi yang diangkat dalam dialog kebangsaan sangat urgen.
"Intoleransi dan radikalisme yang diangkat temen temen mahasiswa sangat, urgensinya adalah demi keutuhan bangsa kita, khususnya di kota Bekasi dalam pemilihan kepala daerah," imbuh jebolan UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu. Sementara itu Ray Rangkuti menjelaskan sikap Intoleran jelang Pilkada justru meningkat.
"Sikap Intoleran tersebut, lebih berbahaya daripada tindakan intoleransi.
Sebab tindakan intoleransi bisa dicegah atau ditanggulangi oleh aparat keamanan. Tapi sikap Intoleran itu tidak kasat mata membuat masyarakat terbelah," ujar Ray Rangkuti.
Adapun salah satu upaya agar toleransi yang terjadi jelang Pilkada dapat diselesaikan, kata Ray Rangkuti konflik atau perbedaan di tengah masyarakat majemuk hanya bisa diselesaikan lewat mekanisme demokrasi.
"Dan hanya kaum nasionalis yang bisa.menyelesaikan konflik itu," tukas Ray.
Sedangkan Akmal Fahmi, Tokoh Pemuda Bekasi mengatakan bahwa masyarakat Kota Bekasi dalam situasi politik jelang Pilkada jangan sampai mau di eksploitasi oleh kepentingan politik praktis demi kepentingan elektoral Kelompok tertentu.
"Kaum minoritas harus kembali melihat rekam jejak calon kepala daerah , agar tidak masuk pada masa suram," ujar Akmal.
Persoalan intelorensi di Kota Bekasi, mulai mencuat pada beberapa pekan kebelakang. Dimana ASN Kota Bekasi mempersekusi umat yang akan beribadah.
Persoalan intelorensi di Kota Bekasi, mulai mencuat pada beberapa pekan kebelakang. Dimana ASN Kota Bekasi mempersekusi umat yang akan beribadah, ketika Kota Bekasi di pimpinan Pj Walikota Bekasi Gani Muhammad.
Sedangkan selama kepemimpinan Rahmat Efendi maupun Tri Adhianto, tidak pernah ada aksi intoleransi. Bahkan, pada saat Tri Adhianto memimpin, Kota Bekasi masuk s indeks Kota Toleran secara signifikan naik.
”Tahun 2022 berdasarkan penilaian NGO, IKT Kota Bekasi posisi ketiga se Indonesia, tahun 2023 naik di posisi kedua, dan tahun 2024 ditargetkan menjadi posisi pertama,” ujar Abdul Manan Ketua FKUB Kota Bekasi, beberapa pekan lalu saat berkunjung ke lingkungan rumah ASN yang arogan.