RN - Aksi semprot air di jalan Jakarta mmenuai kritik. Lucunya, aksi itu tetap dilanjutkan oleh jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI.
Semprot jalan diklaim untuk mengurangi polusi udara. "Gubernur-nya gaje banget," tulis netizen.
Gaje adalah bahasa gaul anak muda. Gaje diartikan seperti tidak jelas. "Polusi udara di atas, kenapa bawah disemprot," ketus warga di Jaktim.
BERITA TERKAIT :"Tidak (dihentikan). Lanjut tetap jalan. Emang kenapa? Diprotes?" kata Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat pada Kamis (31/8/2023).
Sebelumnya, Pemprov DKI melalui Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI menyiram sejumlah ruas jalan protokol pada Jumat (25/8/2023). Hal itu dilakukan sebagai upaya menekan suhu panas dan debu akibat kemarau ekstrem serta memperbaiki kualitas udara di Jakarta.
Pelaksanaan kegiatan itu merupakan tindak lanjut dari Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2023 tentang Pengendalian Pencemaran Udara pada Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Kepala Dinas Gulkarmat DKI Satriadi Gunawan mengatakan, kegiatan tersebut terbagi menjadi dua sesi yaitu sesi I pukul 10.00 WIB dan sesi II pukul 14.00 WIB.
"Penetapan kawasan-kawasan ini merujuk pada indeks kualitas udara (IQ Air). Dalam agenda tersebut, kami mengerahkan sebanyak 12 unit kendaraan dan 60 personel," kata Satriadi dalam keterangan tertulis di Jakarta pada Jumat (25/8/2023).
Satriadi menjelaskan, pasokan air yang dipakai untuk kegiatan penyiraman ini berasal dari hasil penyulingan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Setiabudi. Sehingga air yang digunakan bukan merupakan pasokan air baku (air bersih).
Proses penyiraman ke depan akan terus dilakukan oleh Dinas Gulkarmat DKI bersama petugas gabungan lainnya sebagai bentuk upaya mewujudkan Jakarta menjadi kota yang lebih sejuk, bersih, dan sehat.
Pada Kamis (31/8), mayoritas wilayah Jakarta ditandai warna merah alias buruk. Sejumlah wilayah memiliki AQI di atas 170 seperti Palmerah (173), Kembangan Selatan (181), Ancol (188), Jelambar Baru (173), hingga Tanjung Priok (172). Zat polutan PM 2.5 di Ancol bahkan mencapai 129.
Padahal, AQI yang tergolong baik maksimal 50, sementara menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), PM 2.5 sebaiknya tak lebih dari 12.
Sementara menurut IQAir, Indonesia kembali menjadi kota nomor satu di dunia yang paling berpolusi dengan skor AQI 177 dan masuk kategori merah. Ini disusul Dhaka, Doha, Kolkata, dan Hanoi.