RN- Pengadaan mobil ambulans Pajero sport oleh Sekretariat DPRD Banten terus jadi masalah. Banyak lapisan masyarakat mengkritik bahkan mencemooh pemerintahan Provinsi (Pemprov) lantaran memboroskan anggaran daerah demi membeli mobil mewah untuk dijadikan Ambulan.
Muhammad Saleh (70), warga asal Kelurahan Kuranji, Kecamatan Taktakan, Kota Serang menganggap Pemprov Banten tidak empati terhadap banyaknya kesusahan dan kemiskinan masyarakat
“Alangkah bagusnya kalau untuk masyarakat, tapi kalau untuk perorangan untuk pribadi kayanya kurang baguslah, sedangkan kebanyakan masyarakat membutuhkan. Harusnya dilimpahkan ke masyarakat, kewajiban masyarakat kalau pemerintah memikirkan untuk masyarakat, ya seharusnya (ambulans) untuk masyarakat,” ujar Saleh dilansir dari media titikkata.com
BERITA TERKAIT :Dia berharap, DPRD yang merupakan representasi masyarakat harus lebih peka dengan kondisi sosial yang dirasakan rakyat.
“Orang orang seperti saya ini sangat membutuhkan banget, sedangkan saya masih ada anak yang sekolah yang butuh biaya, saya kemampuannya ini ini sudah sangat tidak ada,” tutur dia.
Senada, Masja, pencari rongsokan asal Kota Serang, mempertanyakan urgensi pengadaan Pajero Sport sebagai ambulan di DPRD.
Padahal, kata Masja, yang harus dipikirkan anggota dewan itu kebutuhan masyarakat untuk kesejahteraan, bukan malah membeli mobil mewah, sehingga rakyat tersakiti.
“Kecewa lah,” ungkap Masja.
Masja yang sudah 21 tahun lebih mencari rongsokan itu berharap, kepada wakil rakyat hendaknya tulis mendengarkan aspirasi rakyat, melayani sepenuh hati dan memiliki kepekaan sosial tinggi terhadap kondisi sulit yang saat ini dihadapi rakyat.
Sementara, Burhani (65) warga asal Ciruas, Kabupaten Serang, mengatakan, dirinya tidak habis pikir dengan kebijakan pemerintah, di tengah banyak warga yang kesusahan malah membeli mobil mewah untuk kepentingan dewan.
“Ambulans buat apa tuh, kita kan belum ngerti,” ujar dia.
Sebagai tukang becak, dia mengaku, selama ini keberadaan DPRD Banten tidak pernah dirasakan langsung hehadirannya di tengah-tengah masyarakat.
“Belum pernah,” katanya.
Burhani menilai, fungsi keterwakilan rakyat saat ini telah mati. Dia mengajak kepada masyarakat untuk tidak memilih calon dewan yang tidak memikirkan kondisi masyarakat.
“Ada orang bantuan kita ngga ada, kita makan aja sambil mikir (kehidupan,red) di rumah,” tandasnya.