Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Rupiah Masih Merana, Otoritas Moneter Kok Malah Asyik Sendiri

Tori | Rabu, 19 Oktober 2022
Rupiah Masih Merana, Otoritas Moneter Kok Malah Asyik Sendiri
Anggota Komisi XI DPR, Kamarussamad/DPR RI
-

RN - Nilai tukar rupiah hingga kini masih mencatatkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat.

Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad meminta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo untuk segera kembali ke Indonesia dan memimpin langsung operasi moneter.

Permintaan itu disampaikan dalam rangka untuk menstabilkan rupiah yang diprediksi masih berlanjut hingga akhir tahun 2022.

BERITA TERKAIT :
Fabio Cannavaro Resmi Latih Klub Liga Italia Ini
Gaduh MK Selesai, Giliran Berebut Kursi Menteri Nih?

Bahkan, pada Senin (17/10/2022) tercatat nilai rupiah di angka Rp15.640 per USD. Karena itu, pemerintah pun diminta untuk mewaspadai melemahnya rupiah dalam beberapa pekan ke depan.

"Otoritas moneter harus berada di tanah air untuk memimpin langsung operasi moneter guna stabilkan nilai tukar rupiah. Karena kami dengar Gubernur Bank Indonesia sudah dua minggu meninggalkan tanah air,” kata Kamrussamad kepada awak media, dikutip hari ini.

Ia menegaskan pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi menimbulkan biaya produksi sejumlah industri meningkat khususnya produk dengan bahan baku berasal komponen impor. Selain otoritas moneter, pemerintah, termasuk Kementerian Keuangan sebagai otoritas fiskal, juga diminta untuk memperhatikan dampak buruk yang bakal terjadi di Indonesia.

"Jangan asyik dengan dunianya sendiri. Pulang ke tanah air, persiapkan mitigasi risiko terhadap dampak pelemahan nilai tukar rupiah,” tandas politisi Partai Gerindra ini.

Pelemahan nilai tukar rupiah ini bahkan sudah berada di level terlemah sejak 29 April 2022.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 0,43 persen menjadi Rp15.427 per dolar AS pada perdagangan Jumat (14/10/2022).

Dua pekan lalu, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Wahyu Agung Nugroho menyebut pelemahan rupiah terjadi karena ketidakpastian pasar keuangan global.

Menurutnya, ketidakpastian pasar keuangan global ini imbas dari kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed). Kenaikan moneter ketat di AS pun diproyeksi masih akan terjadi.

Akibatnya, indeks USD (DXY) semakin gagah perkasa. Hal ini yang kemudian mengganggu aliran investasi portofolio dan tekanan nilai tukar di negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.

Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI, pada 1 September 2022, rupiah tercatat berada di level Rp14.884 per dolar AS. Rupiah terus tertekan hingga menyentuh Rp15.232 per dolar AS pada 30 September 2022.

Meski demikian, Wahyu menuturkan hal ini relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India 8,65 persen, Malaysia 10,16 persen, dan Thailand 11,36 persen.

#rupiah   #BI   #moneter