RN - Ocehan Menteri Agama Yaqut Cholil soal suara azan yang terdengar dari Toa Masjid di perumpamakan suara gonggongan anjing yang dinilai merusak toleransi beragama terus menuai kecaman dari berbagai kalangan. Salah satunya berasal dari netizen asal Papua Barat.
Dalam unggahan di video di Tiktok, dalam akun @yanuarkam_18, pria asal Papua itu menyebut dirinya sudah lama tinggal dengan lingkungan yang berdekatan dengan masjid dan kerap mendengar suara azan berasal dari toa masjid.
Akan tetapi, dirinya tidak merasa terganggu, meskipun dirinya beragama Nasrani. Bahkan, ia menilai apa yang didengar telinganya itu merupakan alarm paten seumur hidup.
BERITA TERKAIT :"Jujur pak (Yaqut) apa yang dikatakan bapak itu meresahkan. Saya tinggal di Papua Barat, rumah saya berdekatan dengan masjid. Mereka solat lima waktu. Terkadang mereka solat subuh saya bangun sebagai alarm yang tak pernah berhenti alarm paten. Bahkan sampai saya mati dan bapak menteri mati juga itu takan pernah berhenti. Katakan sesuatu dipikir dulu pak. Di Papua Barat itu toleransinya sangat tinggi," ucap pria tersebut dikutip redaksi, Jumat(25/02/2022).
Ia juga meminta agar presiden Joko Widodo mencopot Menteri Agama Yaqut Cholil.
"Bapak presiden Republik Indonesia Jokowi, tolong ditegur. Kalau tidak dengar diganti aja Menteri Agamanya dengan yang lain, yang bisa kerja," pintanya.
Bahkan, netizen pun mengupload sebuah nyanyian yang terdapat lirik yang tak suka azan hanya iblis dan setan.
Dilainsisi, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi meyakini pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas tak memiliki niatan untuk membandingkan suara adzan dengan gonggongan anjing.
Hal tersebut diyakini Zainut setelah menyimak pernyataan Yaqut secara lengkap dan utuh.
"Setelah saya menyimak pernyataan beliau secara lengkap dan utuh, saya hakulyakin Pak Menteri Agama tidak ada niatan untuk membandingkan suara azan dengan gonggongan anjing," ujar Zainut saat dikonfirmasi Suara.com dikutip redaksi, Jumat (25/2/2022)
"Apa yang disampaikan oleh Pak Menag (Yaqut) hanya ingin memberikan tamsil atau perumpamaan dengan tujuan agar bisa lebih mudah ditangkap pemahamannya oleh masyarakat tanpa ada maksud membandingkan satu dengan lainnya," ucap sambung Zainut.