Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Menag Miris Berita Pesantren Sering Dibesar-Besarkan Media, Jangan Rusak Perjuangan Kiai Dan Santri 

RN/NS | Rabu, 15 Oktober 2025
Menag Miris Berita Pesantren Sering Dibesar-Besarkan Media, Jangan Rusak Perjuangan Kiai Dan Santri 
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar.
-

RN - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar miris. Dia merasa adanya kasus kekerasan seksual di Pondok Pesantren terlalu dibesar-besarkan. 

Padahal kata dia, kasus dugaan kekerasan itu sedikit, namun media massa telah membesar-besarkannya melalui pemberitaan.

"Isu pertama belum selesai, adanya kejahatan seksual di Pondok Pesantren yang dibesar-besarkan oleh media, padahal itu hanya sedikit jumlahnya," kata Nasaruddin di Kantor Kemenko PM, Selasa (14/10).

BERITA TERKAIT :
PPP DKI Jakarta Kecam Tayangan Trans 7 Menghina Kyai Pesantren

Nasaruddin tak merinci berapa banyak kasus dugaan kekerasan seksual di Ponpes yang dicatat Kemenag. 

Ia hanya mengatakan agar seluruh pihak memelihara pondok pesantren. Nasaruddin menyebut jangan karena hal itu, perjuangan para kyai dan santri di ponpes yang telah berjalan ratusan tahun justru rusak karena itu.

"Jangan sampai orang nanti alergi memasukkan anaknya ke Pondok Pesantren, jangan sampai pihak-pihak yang berkeringat beratusan tahun lamanya sudah lebih 200 tahun membangun Pondok Pesantren itu yang terpaksa, yang dikonotasikan sangat negatif," katanya.

Data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) yang mencatat 573 kasus kekerasan di lingkungan pendidikan sepanjang 2024. Ironisnya, katanya, dari jumlah tersebut 42 persen di antaranya merupakan kasus pencabulan.

Sementara, dari total kasus pencabulan itu, 36 persen di antaranya terjadi di lingkungan belajar berbasis agama seperti pesantren.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Lalu Hadrian beberapa waktu lalu telah mendorong pemerintah dan DPR segera menyusun kurikulum anti pencabulan dan kekerasan seksual di lingkungan sekolah dan pesantren.

Lalu mengatakan lingkungan tempat belajar seperti sekolah dan pesantren mestinya menjadi tempat yang paling aman untuk anak-anak. Namun, di lapangan kondisinya menunjukkan fakta sebaliknya.