RN - Tuntutan perombakan direksi PT Transportasi Jakarta atau Transjakarta makin kencang disuarakan publik. Bahkan, aksi nonton belly dance atau tarian perut di kafe oleh direksi TransJakarta dinilai bikin sial.
Hal ini ditegaskan Ketua Forum Pemuda Peduli Jakarta (FPPJ) Endriansah alias Rian melalui keterangannya, Senin (13/12). Kata dia, direksi harus segera didepak dari posisinya.
Karena menurut Rian, aksi para direksi itu telah melukai hati rakyat Jakarta. "Suruh mereka mandi kembang biar gak sial. Saya harap gubernur segera mencopot itu para direksi," terangnya.
BERITA TERKAIT :Menurut Rian, kecelakaan berulang bus Transjakarta telah mencoreng prestasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang massif mengkampanyekan penggunaan transportasi umum.
Rian mengatakan, rentetan kecelakaan bus Transjakarta itu menandakan bahwa tidak adanya pengawasan dan penerapan standar pelayanan minimal (SPM) Transjakarta. Disebutnya, pengawasan SPM adalah tanggung jawab para direksi, setidaknya direktur pelayanan, direktur operasional, dan direktur teknis.
"Tidak ada kata lain, Pak Anies harus merombak jajaran direksi Transjakarta," kata Rian.
Rian juga mendorong Pemprov DKI melakukan audit menyeluruh terhadap PT Transjakarta.
Sebab, kata dia, jika tidak ada pelayanan yang aman, nyaman, dan selamat, dalam pelayanan Transjakarta, maka warga akan kembali menggunakan kendaraan pribadi.
"Penumpang lama-lama malas naik Transjakarta kalau tidak aman, tidak nyaman, dan terus terjadi kecelakaan," demikian Rian.
Dalam rapat kerja bareng Komisi B DPRD DKI Jakarta pada Senin (6/12), Direktur Utama PT Transjakarta Mochmamad Yana Aditya secara terbuka mengungkapkan, ada 502 kasus kecelakaan yang dialami bus Transjakarta selama periode Januari-Oktober 2021.
Kecelakaan paling banyak disebabkan bus Transjakarta menabrak objek tertentu atau kecelakaan tunggal, yakni 88 persen dari total kecelakaan. Sementara 12 persen lainnya, bus Transjakarta ditabrak atau diserempet oleh kendaraan lain.
Data kecelakaan ini belum termasuk kasus kecelakaan pada November hingga Desember 2021.
Yana juga mengungkapkan bahwa kecelakaan paling banyak melibatkan bus milik operator PPD yakni 34 persen, disusul Mayasari 32 persen, Steady Safe 16 persen, Kopaja 13 persen, Transwadaya 3 persen, Pahala Kencana 1 persen, dan Bianglala 1 persen.