Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Tarif Busway Bakal Naik, Siap-Siap Rogoh Kocek Banyak 

RN/NS | Jumat, 10 Oktober 2025
Tarif Busway Bakal Naik, Siap-Siap Rogoh Kocek Banyak 
Busway Koridor I Blok M-Kota.
-

RN - Busway mania siap-siap. Kabarnya Pemprov DKI Jakarta akan menaikan tarif busway. 

Kenaikan tarif ini karena adanya pemotongan dana bagi hasil (DBH) dari pemerintah pusat ke DKI Jakarta. Pemotongan mencapai Rp 15 triliun.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo menyampaikan tarif MRT Jakarta dan LRT Jabodebek tidak naik meski ada pengurangan Dana Bagi Hasil (DBH) dari pemerintah pusat kepada Pemprov Jakarta hampir Rp 15 triliun. Dia mengatakan analisis subsidi tarif MRT dan LRT masih masuk dalam perhitungan.

BERITA TERKAIT :
Busway, Warga Bodetabek Juga Disubsidi DKI (2-Tamat)
Tarif Busway Bisa Naik Jadi Rp 7.500?-(Bersambung-1)

"Jadi untuk subsidi transportasi saya pastikan tarif MRT dan LRT tidak naik. Karena berdasarkan kajian, untuk perhitungan analisis ability to pay nya pengguna, ini masih dalam batas tarif yang berlaku saat ini. Jadi kalau kita lihat hitungan tahun lalu, angka keekonomian tarif MRT itu Rp 13 ribu sekian, tarifnya Rp 7 ribu. Sehingga subsidi 2024 rata-rata per pelanggan itu sekitar Rp 6 ribu rupiah dan ini masih masuk dari perhitungan kita. Jadi tidak ada kenaikan tarif MRT dan LRT," kata Syafrin saat kelas Fellowship MRT Jakarta, di Jakarta Pusat, Jumat (9/10/2025).

Sementara tarif Transjakarta, kata Syafrin, butuh penyesuaian. Sebab tarif Rp 3.500 diterapkan sejak 2005 saat bus belum berganti nama Transjakarta.

"Untuk Transjakarta, ini jika kita melakukan study, tarif itu terakhir ditetapkan tahun 2005. 2005 itu dua puluh tahun yang lalu Rp 3.500, kemudian jika kita melihat angka upah minimum provinsi pada saat itu, dengan saat ini, itu 6 kali lipatnya. Jadi jika sekarang (UMP Jakarta) Rp 5,3 juta, Rp 5,3 juta dibagi 6 itu lah tarif UMP 2005," ujarnya.

Syafrin juga menyinggung angka inflasi yang terus mengalami kenaikan. Dia menyebut, jika harga barang pada 2005 disamakan dengan saat ini, sudah terjadi kenaikan sebesar 2,87 kali lipat.

"Dan jika kita mlihat angka inflasi, rata-rata inflasi kita itu 20 tahun terakhir itu 5,4. Jika kita hitung 20 tahun 5,4 artinya sudah ada kenaikan inflasi 186,7% inflasi. Atau jika kita samakan dengan harga barang, artinya harga-harga barang sudah ada kenaikan 2,87 kali lipat," ucapnya.

Syafrin mengatakan penyesuaian tarif Transjakarta dibutuhkan. Namun sampai saat ini kenaikan tarif masih belum dilakukan.

"Dan oleh sebab itu, tentu penyesuaian tarif itu dibutuhkan. Kenapa, karena kita harus menjaga keberlanjutan layanan. Karena layanan itu harus ada yang namanya cost recovery minimum untuk kemudian selebihnya bisa ditutup dengan subsidi," kata Syafrin.

"Jadi hitung-hitungan analisis kita, sehingga penyesuaian tarif untuk Transjakarta memang seharusnya sudah dibutuhkan walaupun belum," imbuhnya.