RN- Sikap kepolisian dalam mengamankan pengujuk rasa pada beberapa kunjungan Presiden Jokowi dinilai publik berlebihan. Sikap reaktif pihak kepolisian tersebut semakin mempertebal asumsi bahwa Jokowi anti kritik.
Terlebih lagi sikap juru bicara presiden Fadjroel Rahman yang justru menganggap tindakan pengamanan tersebut sebagai suatu hal yang biasa. Bahkan dalam sebuah talk show disalah satu stasiun TV, Fadjroel mengatakan tidak semua persoalan harus ditanggapi presiden.
Menanggapi hal ini Komunikolog Politik Nasional Tamil Selvan mengatakan bahwa seorang juru bicara harus mampu menyampaikan pesan presiden kepada masyarakat tanpa menimbulkan persoalan baru, dan menurutnya Fadjroel tidak mampu dan justru sering membuat suasana publik menjadi lebih gaduh akibat pernyataannya.
BERITA TERKAIT :"Saya lihat diksi yang dipilih sering membuat suasana semakin panas. Dengan gaya komunikasi Fadjroel ini, masyarakat jadi menilai bahwa juru bicara itu adalah penjilat presiden. Hati-hati citra presiden justru semakin rusak dengan gaya komunikasi jubir seperti ini," jelas pakar komunikasi politik ini kepada awak media, Sabtu (18/9)
Ketua Forum Politik Indonesia ini menyayangkan sikap Fadjroel yang justru menuding pengamat politik Emrus Sihombing dan pembawa acara dalam sebuah talkshow yang membahas tentang penanganan polisi terhadap pengunjuk rasa pada kunjungan presiden.
"Fajroel ini lupa bahwa dia bicara sebagai representatif presiden. Saya lihat pengelolaan emosi nya kacau, kalau mau debat yang elegan lah. Binggung juga saya orang seperti ini malah dipromosikan sebagai duta besar," ungkap Kang Tamil panggilan akrabnya.
Lebih lanjut Kang Tamil mengatakan seorang juru bicara presiden harus mampu memilih diksi yang menyejukan suasana, terlebih disaat atusias masyarakat menurun seperti saat ini.
"Jubir itu harus menyejukan dan memperbaiki citra buruk presiden, bukan justru menambah kekesalan masyarakat," tutupnya