Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Warga Datangi TPU Saat Ziarah Dilarang, NU Sebut Keputusan Pemprov DKI Tak Konsisten

SN/DIS/RN | Jumat, 14 Mei 2021
Warga Datangi TPU Saat Ziarah Dilarang, NU Sebut Keputusan Pemprov DKI Tak Konsisten
-

RN - Ketua PWNU DKI Jakarta Syamsul Ma'arif mengatakan, ada yang tak konsisten dari keputusan Pemprov DKI Jakarta terkait beberapa pelarangan kegiatan selama Lebaran Idul Fitri 1442 H. Misalnya, tempat hiburan dan wisata dibuka selama libur Lebaran, sementara ziarah kubur dilarang.

Hal itu dikatakan Syamsul mengingat banyak lokasi pemakaman di Jakarta dipadati peziarah sejak mulai H-1 hingga H+1 Lebaran seperti terjadi ini.

"Kalau larangan, orang melawan, karena orang akan berpendapat pemerintah ini tidak konsisten, tempat-tempat hiburan dibuka. Sama, salat tarawih dibiarkan, biasa, nggak ada larangan, salat Id, biasa, nggak ada larangan," ujar Syamsul dari informasi yang diterima di Jakarta, Jumat (14/5/2021).

BERITA TERKAIT :
Mau Lebaran Di Kampung Halaman Bareng Mudik Gratis Pemprov DKI? Nih Cara Daftarnya
Hore!!!, Pemprov DKI Gelar Mudik Gratis Lebaran 2024

"Tapi kuburan dilarang, nah mestinya diatur saja dengan ketat, di sana ada Satpol PP, dibatasi waktu tidak boleh lebih dari 10 menit, misalnya, satu kuburan itu hanya dua orang, nggak ada kerumunan, kalau dari jauh-jauh hari. Ini kan orang cenderung melawan kalau dilarang begitu," tambahnya.

Atas fenomena perlawanan warga terhadap aturang yng dibuat Pemprov DKI tersebut, Syamsul menilai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tak paham soal ziarah kubur yang merupakan bagian dari budaya Betawi.

"Saya sudah berpendapat bahwa akan lebih baik diatur dari pada dilarang. Diatur secara baik, jauh-jauh hari diimbau, misalnya orang ziarah itu dibatasi satu mobil satu keluarga, satu-dua orang cukup, dipantau secara baik, dari pada larangan," katanya.

Oleh sebab itu, menurut Syamsul, Anies Baswedan selaku pejabat tertinggi di DKI Jakarta dituntut lebih faham soal budaya Betawi. Menurut Syamsul, ziarah kubur merupakan bagian dari budaya Betawi yang dilakukan sekali dalam setahun.

"Gubernur tidak paham budaya Betawi. Budaya Betawi itu memang ziarah kubur setahun sekali. Saya setuju dilarang sebetulnya, tetapi, dilihat dari kultur dong, gubernur tidak menjadikan kultur Betawi," imbuhnya.

Sejumlah warga DKI Jakarta sebelumnya pada Kamis (13/5) ramai melakukan ziarah kubur di sejumlah TPU di Jakarta. Warga beramai-ramai melakukan ziarah kubur di TPU Menteng Pulo, TPU Utan Jati, dan TPU Tegal Alur.

#pwnu   #ziarah   #pemprov