RADAR NONSTOP - Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Utara, menjadi salah satu sentra utama buah alpukat. Tanaman alpukat tumbuh di lahan seluas 410 hektare.
Produksinya mencapai 896,4 ton pada 2017. Artinya, produktivitas sekitar 2.186 kilogram per hektare dengan jarak tanam 10 meter 10 meter.
Sayangnya, pengembangan alpukat masih tradisional dan hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat serta hotel dan wisatawan. Padahal, rasanya gurih seperti mentega, bentuknya panjang, dagingnya tebal, dan kulit berwarna hijau.
Tanaman sendiri bakal berbuah saat usia 2-3 tahun. Satu pohon mampu menghasilkan 60-90 kilogram dengan berat 0,3-0,5 kilogran per buah. Sentra produksi dominan di dataran tinggi, seperti Kecamatan Baruppu, Kecamatan Buntu Pepasan, dan Kecamatan Rindingallo.
Terbukti Lakukan Pemerasan Di Kementan, SYL Dibui 12 Tahun
Inovasi Gebrakan Tertib Adminduk, Keren RT di Kel. Penjaringan Layani Warganya Pakai Barcode
Alpukat biasanya dipanen pada November-Desember. Harganya di pasar tradisional sekitar Rp20 ribu per kilogram.
Melihat potensi tersebut, Direktur Buah dan Florikultura Ditjen Hortikultura Kementan, Sarwo Edhy, mendorong masyarakat setempat membudidayakan alpukat dengan memperhatikan kaidah yang baik dan benar sesuai standar GAP dan SOP.
"Sehingga, dapat meningkatkan mutu dan jumlah produksi buah serta menembus pasar yang lebih luas," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Toraja Utara, Medan Sandabunga, berkeinginan, alpukat yang dihasilkan di wilayahnya bisa dinikmati kalangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
Sebagai informasi, alpukat memiliki berbagai manfaat. Di antaranya, mengatur gula darah, mencegah cacat janin, menjaga kesehatan jantung, menurunkan berat badan. Alpukat juga dapat mencegah kanker, menjaga kesehatan mata, hingga digunakan sebagai bahan kosmetik.
