RADAR NONSTOP - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut terus mengembangkan tanaman kapulaga. Sebab, tanaman obat tersebut kaya zat adiktif, minyak atsiri, dan bersifat afrodisiak yang bermanfaat bagi kesehatan.
"Agroklimat dan kondisi lahan di Kabupaten Garut sangat cocok untuk budi daya kapulaga. Minat petani terus bertambah untuk menanam. Luas tanam kapulaga tahun 2016 hanya 769 hektare, meningkat pada 2017 menjadi 1.295 hektare," ujar Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Garut, Deni Herdiana, di Garut, Jawa Barat (Jabar), Kamis (11/10/2018).
Kapulaga bermanfaat untuk melancarkan sirkulasi darah, antioksidan, menurunkan kolesterol, mencegah kanker, dan sariawan. Kapulaga juga membantu mengurangi risiko sakit pencernaan, obat impotensi, antidepresan, dan aromaterapi.
BERITA TERKAIT :Terpisah, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto, mendukung upaya tersebut. Pemerintah pusat bahkan menargetkan kapulaga diekspor.
"Produksi kapulaga di dalam negeri tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, namun juga untuk memenuhi permintaan ekspor dari negara-negara Timur Tengah, Mesir, dan India," katanya.
Saban tahun, produksi kapulaga meningkat 15,05 persen. Perinciannya, 42.973 ton pada 2012, 54.171 ton (2013), 72.851 ton (2014), 93.121 ton (2015), 86.144 ton (2016), dan 90.787 ton (2017).
Namun, volume ekspornya fluktuasi. Yakni, 7.961 ton di tahun 2012, 6.697 ton (2013), 7.737 ton (2014), dan 6.245 ton (2017).
"Kapulaga termasuk suku jahe-jahean atau zingiberaceae. Tanaman obat ini, cukup mudah dalam pemeliharaannya, namun tetap membutuhkan budi daya yang baik dan benar supaya dapat memperoleh hasil yang maksimal,” terang Anton, sapaannya.
Harga kapulaga kering di tingkat petani dihargai Rp83 ribu per kilogram. Nilainya lebih tinggi dari harga normal, Rp40 ribu-Rp60 ribu per kilogram.