RADAR NONSTOP - Aksi balapan liar di kawasan Senayan, Jakpus sulit dihapus. Sejak era 1980-an, ruas jalan Asia Afrika sering menjadi tempat adu nyali para anak pejabat, pengusaha, artis hingga jenderal.
Nah, kini balap liar itu banyak dari kalangan kelas bawah. Dalam istilah anak tongkrongan, anak-anak yang orangtuanya kaya setengah.
"Anak sok kaya lah. Buat gengsi aja," kenang mantan pembalap liar di kawasan Senayan yang ditemui wartawan di kawasan Sarinah, Jakpus, Minggu (19/1).
BERITA TERKAIT :Menurutnya, kalau diera 1980, para pembalap liar adalah anak pejabat, artis dan pengusaha. "Makanya dulu kan aman aja gak ada yang berani razia. Kalau sekarang ya nanggung lah jadi gayanya sok kaya semua," ucapnya.
Pada Sabtu, 18 Januari 2020, sekira pukul 02.30 WIB dini hari, Briptu Gugur Ebenezer ditabrak seorang pengendara mobil Honda Jazz saat bertugas mengantisipasi aksi balap liar di kawasan Senayan. Pelaku sempat kabur sebelum ditangkap di Tangerang Selatan.
Pelaku ditangkap di perumahan Vila Pamulang Mas RT 007 RW 06 Blok D3, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang ,Tangerang Selatan. Saat itu korban bersama rekannya memberhentikan Honda Jazz merah dengan nomor polisi B 1720 UFG yang dikendarai pelaku Ade Permana Putra (26) lantaran lampunya mati dan tidak memasang pelat kendaraan di bagian depan.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus, mobil sempat berhenti tapi ketika akan dilakukan pemeriksaan, tiba-tiba mobil tancap gas dan menabrak korban.
"Korban mengalami luka-luka akibat ditabrak mobil tersebut. Mobil itu kemudian kabur. Petugas dan sejumlah saksi sempat melihat nomor polisi mobil tersebut. Korban juga membuat laporan polisi yang teregister dengan nomor 351/1/Yan 2.5/2020/SPKT PMJ tertanggal 18 Januari 2020.
Pelaku akhirnya ditangkap. Polisi ikut mengamankan barang bukti berupa mobil Jazz dikendari pelaku saat menabrak korban.
Senayan Dan Mobil Ngepot
Jalan Asia-Afrika, Senayan, Jakpus sejak tahun 1980-an sudah dikenal tempat nongkrong anak-anak berduit. Dengan mobil berknalpot mengaung, mereka biasanya menggelar balapan liar.
Tempat itu konon pertama kali dikenal lantaran salah satu putra dari mantan Presiden Soeharto yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas, sering memanfaatkan jalan tersebut untuk balapan mobil.
Usai balapan, putra mantan Presiden Soeharto itu sering nongkrong di Patung Panahan bersama rekan-rekannya yang merupakan anak-anak pejabat dan orang kaya di negeri ini.
“Banyak juga anak orangkaya tapi sekarang pada nanggung dan menang gaya aja," ungkap pedagang di kawasan Patung Panahan, Minggu (19/1).
Pada awal tahun 2000-an tongkrongan anak-anak orang kaya juga sempat muncul di Taman Ria Senayan, tak jauh dari jalan Asia Afrika.
Jumlah anak muda yang nongkrong di jalan Asia Afrika dan Taman Ria Senayan makin banyak setelah Parkir Timur Gelora Bung Karno ditutup.
"Biasa kalau balapan Jumat, Sabtu dan Minggu dini hari. Mulainya jam setengah dua sampai jam 4 pagi. Malam lainnya, kadang ada, tapi jarang,” kata pedagang teh botol keliling ini.
Jika ada razia, biasanya para peserta balap liar kabur ke arah Blok M. "Nanti kalau dah sepi datang lagi dan balapan lagi. Biasanya sih taruhan," bebernya.