RADAR NONSTOP - Siapa yang tak kenal Sjamsul Nursalim. Pengusaha beken dari era Soeharto ini merajai banyak bisnis di Indonesia.
Namanya mulai jadi perbincangan negatif saat Soeharto tumbang. Apalagi adanya pengucuran dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Bernama lengkap Liem Tjoen Ho, dia lahir dari keluarga pedagang. Pada 1940-an ayahnya pernah berdagang kopi dan lada di Lampung.
BERITA TERKAIT :Di daerah itu pula Tjoen Ho dilahirkan pada 1942. Orang Tionghoa di Lampung banyak terdapat di Teluk Betung. 1951 ayahnya mendirikan pabrik remiling (penggilingan) karet di ujung selatan pulau Sumatra itu.
Dari darah bisnis ayahnya inilah, Sjamsul mendirikan banyak usaha. Kini namanya kembali heboh setelah KPK menetapkan dia dan istrinya sebagai tersangka korupsi lantaran menerbitkan Surat Keterangan Lunas (SKL) BLBI.
Pemilik Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) ini dituding KPK telah merugikan negara sebesar Rp 4,58 triliun. Hidup di Singapura membuat Sjamsul nyaman.
Dari negeri Singa inilah pria berusia 78 tahun menjalankan bisnisnya di Indonesia. Mulai dari batu bara, ritel, dan properti.
Sebut saja PT Gajah Tunggal Tbk. Perusahaan ini merupakan yang dijaminkan Sjamsul untuk membayar utang BLBI pada sidang tipikor yang digelar Senin, 30 Juli 2018. Perusahaan ini merupakan produsen ban terbesar di Asia Tenggara bernama Ban GT Radial.
Merek ini sudah mendunia, bukan hanya di kawasan Asia Tenggara, namun juga di Amerika Serikat.
Lalu, PT Softex Indonesia. Produsen pembalut untuk perempuan ini merupakan salah satu anak usaha milik PT Gajah Tunggal Tbk yang didirikan pada tahun 1974.
PT Filamendo Sakti yang 92,9 persen saham milik PT Filamendo Sakti diakuisisi oleh PT Gajah Tunggal pada Agustus 2018. Pengakuisisian tersebut dilakukan guna menjamin pasokan dan kualitas benang filament nilon 6 yang diproduksi oleh PT Filamendo dan digunakan sebagai bahan baku utama kain ban nilon 6 yang dibuat oleh PT Gajah Tunggal.
PT Dipasena Citra Darmadja (PT DCD) dan PT Wachyuni Mandira (PT WM). Perusahaan ini bergerak di bidang pertambakan udang. Dua perusahaan milik Sjamsul ini tampaknya cukup bermasalah.
Itu dibuktikan dengan kesaksian para petambak udang yang bekerja sama dengan PT DCD dan PT WM yang hadir di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (26/7/2018).
Para petambak tersebut mengaku diperas oleh dua perusahaan itu karena diminta untuk menyerahkan seluruh hasil tambak udang untuk dijual kembali oleh PT DCD dan para petambak tidak pernah tahu sampai kapan utang mereka kepada PT DCD dan PT WM lunas.
"Setelah udang panen harus diserahkan kepada perusahaan. Kami tidak menerima uang, hanya dokumen kertas saja," kata Towilun, salah satu dari 5 petambak yang hadir dalam persidangan.
Selanjutnya Mitra Adiperkasa (MAP). Perusahaan ritel ini didirkan tahun 1995 bersama Boyke Gozali, keponakannya.
Perusahaan ritel ini kemudian membawahi brand-brand terkenal yang cukup banyak digunakan oleh anak muda di Indonesia, seperti Zara, Starbucks, Sogo, Planet Sports, Burger King, dan Alun-Alun Indonesia.
Dari kelima usaha Sjamsul Nursalim tersebut, tak heran jika ia masuk ke dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes.
Dibidik KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bakal mendata aset milik Sjamsul Nursalim dan istri, Itjih Nursalim. Saat ini tim Unit Pelacakan Aset, Pengelolaan Barang Bukti dan Eksekusi (Labuksi) KPK sedang bergerak.
Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif mengatakan bahwa penyitaan aset Sjamsul dilakukan untuk memaksimalkan upaya asset recovery.
Menurutnya, KPK akan memaksimalkan upaya asset recovery agar uang yang dikorupsi dapat kembali kepada masyarakat melalui mekanisme keuangan negara.
Penetapan Sjamsul dan juga istrinya, Itjih Nursalim sebagai tersangka diawali dengan SPDP yang dikirim KPK kepada mereka berdua pada 17 Mei 2019 ke tiga lokasi di Singapura dan satu lokasi di Jakarta, Indonesia.
Lokasi tersebut yaitu The Oxley, Cluny Road, Head Office of Giti Tire Pte.Ltd di Singapura dan Rumah di Simprug, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta. Saat ini, keduanya tengah tinggal di Singapura dengan status tinggal tetap.
"Masih kita kembangkan terus," ungkapnya kepada wartawan di Gedung KPK, Kuningan, Jaksel.