RADAR NONSTOP - Lelah, duit habis dan tidak terpilih. Itulah yang bakal dialami para caleg gagal pasca coblosan 17 April 2019.
Setres tinggi karena gagal bakal menjadi ancaman para caleg gagal. Sebab, para caleg gagal itu bisa saja terjangkit virus gila.
Usai Pemilu 2009, data Kementerian Kesehatan menunjukan ada peningkatan jumlah orang sakit jiwa baru yang jumlahnya ribuan. Begitupun di periode berikutnya, 2014 juga terjadi kembali ledakan orang sakit jiwa karena pengaruh pemilu. Lalu bagaimana dengan 2019?
BERITA TERKAIT :Dalam keterangan tertulis, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Ari Fahrial Syam menjelaskan, sakit jiwa bisa ringan misalnya depresi sampai berat atau psikosis akut. Kekecewaan pasti dialami oleh sebagian mereka yang gagal di pemilu. Karena itu, RSUD dan RS Jiwa juga sudah mengantisipasi lonjakan pasien gangguan jiwa setelah pemilu ini. Sebab, rercatat ada 245.106 caleg yang akan bertarung di pemilu kali ini.
“Mereka hanya memperebutkan 10 persen kursi artinya akan ada 200 ribu orang gagal dan pastinya kecewa karena tidak berhasil menjadi anggota dewan,” ujarnya.
Bahkan, lanjut Profesor Ari, yang menarik lagi dari data di KPU adalah tercatat ada 3000-an caleg yang mengaku tidak punya atau belum punya pekerjaan.
“Ini jelas bisa menjadi faktor juga. Walau mungkin saja sebagian besar juga sudah siap kalah,” katanya.
Menurut Profesor Ari, selain para caleg, keluarga caleg, penyandang dana para caleg, juga akan menunggu harap-harap cemas apakah ‘jagoannya’, bisa lolos. Sebab, tentu saja dana besar yang terus dikeluarkan selama masa kampanye merupakan salah satu faktor stres tersendiri.
“Belum lagi jika uang tersebut didapat melalui pinjaman uang baik melalui kantor penggadaian atau bank atau bahkan melalui rentenir,” paparnya.
Rumah, tanah atau aset lain mungkin sudah jadi jaminan dari proses hutang piutang ini. Aset ini akan tersita jika mereka tidak bisa mengembalikan dana pinjaman tersebut.
“Kondisi ini jelas berpotensial untuk menimbulkan kekecewaan dan stres yang cukup berat, apalagi tidak sedikit rumah tangga berantakan akibat kondisi ini,” paparnya.
Berbagai rumah sakit jiwa provinsi memang juga sudah memprediksi akan banyak orang terganggu jiwanya korban Pemilu, setelah tanggal 17 April 2019 nanti. Mereka sudah bersiap-siap untuk menerima lonjakan pasien pasca Pemilu.
“Tentu kita harus belajar dari pengalaman pemilu 2009 dan 2014, terjadi peningkatan orang dengan sakit jiwa akibat Pemilu, gangguan jiwa yang terjadi mulai dari Depresi, psikosis bahkan bunuh diri (tentamen suicide),” pungkasya.