RN – Di negeri di mana punya rumah sering terasa lebih mustahil daripada punya harapan, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait muncul membawa wacana pemutihan BI Checking. Usulan ini datang setelah tumpukan keluhan warga yang gagal mengakses program perumahan subsidi bukan karena tak mampu membayar, tapi karena jejak digital di dunia perbankan menempel lebih kuat dari kenangan mantan.
Dalam acara sosialisasi Kredit Program Perumahan dan Penguatan Ekosistem Perumahan di Karawang, Senin (27/10), Maruarar mengaku prihatin. Ia menilai, sudah terlalu lama masyarakat berpenghasilan rendah tersandera catatan hitam perbankan yang membuat mereka terhalang punya atap di atas kepala sendiri.
“Iya sering menerima keluhan gak bisa mengakses program perumahan subsidi karena Bi cheking,’’ kata Maruarar, di sela-sela Sosialisasi Kredit Program Perumahan dan Penguatan Ekosistem Perumahan di Karawang.
BERITA TERKAIT :Padahal, laporan Pemerintah Kabupaten Karawang mencatat ada sekitar 38 ribu keluarga yang belum memiliki rumah. Angka itu belum termasuk mereka yang menempati rumah tidak layak huni — dinding retak, atap bocor, dan harapan yang ikut merembes setiap musim hujan.
Maruarar pun menyebut, program perumahan subsidi di Karawang punya potensi besar. Hanya saja, tanpa pemutihan BI Checking, program itu seperti menyiapkan perahu tanpa dayung, mengapung di atas data, tapi tak pernah sampai ke warga.
Dari sisi lain, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menimpali dengan pandangan ekonomi. Ia percaya, pembangunan perumahan akan menggairahkan perekonomian. Tapi, di lapangan, gairah itu sering bertepuk sebelah tangan, yang membangun semangat, yang butuh justru masih menunggu persetujuan kredit yang tak kunjung cair.
“Dari sudut pandang ekonomi, pembangunan ini bukan cuma soal beli rumah. Tapi soal bagaimana ekonomi rakyat ikut bergerak,” kata Dedi, mencoba mengangkat semangat di tengah tembok regulasi yang terlalu tinggi.
Sementara itu, Bupati Karawang Aep Syaepuloh menambahkan lapisan realitas. Ia mengaku banyak warga datang padanya dengan curhat serupa.
“Padahal mereka hanya ingin tempat berteduh yang halal dan sederhana,” ujar dia.