RN - Satu tahun Prabowo-Gibran menimbulkan banyak spekulasi. Tiga menteri Kabinet Merah Putih dinilai kinerjanya tak masimal.
Ketiga menteri itu adalah Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni, Menteri Pariwisata Widianti Putri hingga Menteri HAM Natalius Pigai. Ketiganya yang paling diharapkan masyarakat untuk direshuffle.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah yang baru saja menyampaikan hasil surveinya pada periode 9–17 Oktober 2025, bertajuk Satu Tahun Pemerintahan: Evaluasi dan Catatan Publik.
BERITA TERKAIT :“Saya menanyakan kepada publik terkait dengan harapan mereka berkaitan dengan reshuffle. Apakah reshuffle di kabinet hari-hari ini diperlukan atau tidak? 68 persen atau mayoritas menyatakan diperlukan untuk direshuffle,” kata Dedi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (21/10/2025)
“Dan nama-nama yang muncul itu adalah Menteri Kehutanan sebagai Menteri yang paling diharapkan oleh publik untuk reshuffle, yaitu 37,9 persen mendukung Menteri Kehutanan Raja juli Antoni untuk direshuffle,” sambungnya.
Sementara itu, sebanyak 37,5 persen memilih Widianti, 34,8 persen memilih Menteri HAM Natalius Pigai, 31,5 persen memilih Menteri ATR/BPN Nusran Wahid untuk diganti dari jabatannya.
“Di bawah 10 persen ada Menteri Perumahan dan Kawasan Pemukiman Maruarar Sirait 9,5 persen. Nah ini sejalanan dengan penilaian publik terkait dengan program 3 juta rumah tadi ya. Penilaian juga rendah terkait dengan tingkat kepuasannya. Sehingga penilaian terhadap tokohnya juga rendah. Bahkan masuk kategori yang dianggap layak atau diharapkan untuk reshuffle,” tuturnya.
Kemudian, Dedi menambahkan ada Menteri Sosial Syaifullah Yusuf di 4 persen, Wakil Mendikti Saintek Stella Christie 2,8 persen dan Menteri Ketenagakerjaan Yassierli 2 persen.
“Ini meskipun sekarang beliau sedang gencar adanya program sekolah rakyat, tapi faktanya secara umum tidak banyak masyarakat yang tahu. Apalagi program sekolah rakyat juga belum diketahui imbas atau dampaknya terkait dengan kondisi masyarakat,” ujar Dedi.
Sebagai informasi, survei ini dilakukan terhadap 1.200 responden berusia minimal 17 tahun, tersebar proporsional di 38 provinsi di seluruh Indonesia. Dan metode yang digunakan adalah Stratified Multistage Random Sampling (SMRS) dengan margin of error ±2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.