RN - Emak-emak sudah mulai murka. Mereka menggelar aksi demo dan meminta agar MBG distop.
Aksi itu digelar di Bundaran UGM, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Peserta aksi membawa panci dan centong.
"Kami akan turun lagi," tegas salah satu emak-emak yang ikut aksi di BUndaran UGM kepada wartawan, Minggu (28/9).
BERITA TERKAIT :Panci yang semula dipakai untuk menyiapkan makanan bergizi di rumah, kini beralih fungsi menjadi senjata perlawanan.
Sekelompok perempuan menggelar aksi damai dengan tajuk 'Kenduri Suara Ibu Indonesia', menuntut agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) segera dihentikan. Dengan mengenakan pakaian berwarna cerah, para ibu membawa panci dan poster-poster kritis.
"MBG Makan Beracun Gratis", "Butuh berapa korban agar program MBG dihentikan?", "Kembalikan daulat pangan ke dapur ibu!", hingga "Guru itu tugasnya mengajar, bukan nyinom dadakan" menjadi seruan yang mereka bawa.
Bagi ibu-ibu, kasus 911 siswa keracunan di Bandung Barat hanyalah contoh kecil dari ribuan kasus yang muncul di daerah lain.
Salah seorang ibu hamil turut menyampaikan orasi, dengan menilai, program MBG tidak benar-benar gratis. "Ini harus dihentikan, dievaluasi, dan diinvestigasi secara transparan. MBG itu bukan gratis, kita yang bayar, anak kita yang keracunan lagi. Rombak struktur Badan Gizi Nasional," ucapnya.
Kalis Mardiasih, salah satu pegiat Suara Ibu Indonesia, menyebut, banyak kejanggalan dalam pelaksanaan program MBG. "Ada ribuan dapur fiktif, pemilik dapur itu justru para pejabat. Hentikan program MBG, kalau pun mau diteruskan, pengelolaannya jangan sentralistik dan militeristik," ujarnya.
Orasi juga datang dari Nurul Aini. Dengan membawa panci di tangannya, ia menekankan suara dan panci kita hari ini merupakan simbol perlawanan. "Panci ini jadi simbol kehati-hatian saya dalam menyiapkan makanan bergizi untuk anak. Tapi hari ini, panci kita adalah senjata," ucapnya.
Seniman Laksmi turut menyampaikan kritik lewat perform art. "Saya mengkritik mata pemerintah sekarang, matanya nggak punya kelopak mata. Kalau ada pun dipakai untuk apa, mereka tidak melihat anak-anak yang keracunan. Jangan korbankan penerus bangsa," serunya.
Kegelisahan juga diungkapkan oleh Gerna, salah satu peserta. Dia menilai, negara telah gagal dalam melindungi warganya.
"Kenduri itu biasanya orang menyumbang bahan pangan. Tapi kali ini negara hadir dengan program gizi yang malah bikin anak keracunan. Kami menuntut negara untuk mengembalikan daulat pangan ke dapur ibu," ucap Gerna.
Menurut catatan Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), jumlah korban sudah menyentuh 8.000 anak, sementara laporan CISDI menyebut ada 6.618 kasus hingga malam sebelumnya. Aksi kemudian ditutup dengan pembacaan rilis pers.
Karena itu, aksi ditutup dengan pembacaan rilis pers yang menuntut penghentian total program, pengusutan menyeluruh, serta keterbukaan pemerintah dalam menangani ribuan kasus keracunan. Mereka mengingatkan, korban keracunan bukan angka statistik, melainkan anak-anak yang layak mendapatkan perlindungan.
Suara dentuman panci di Bundaran UGM menjadi penegas tuntutan untuk hentikan program MBG yang berbahaya, dan kembalikan kedaulatan pangan kepada rakyat.