RADAR NONSTOP - Beras busuk pasti ada sebabnya. Apalagi hingga ribuan ton, kemungkinan besar ada SOP yang dilanggar. Oleh karena itu audit harus segera digelar.
Begitu dikatakan mantan Kepala Bulog, Sutarto Alimoeso, Jakarta, Kamis (14/2/2019) menanggapi temuan beras busuk sebanyak 6.800 ton di gudang Perum Bulog Divre Sumsel dan Babel.
"Semua itu kan ada sebabnya, (beras busuk) kan sebagai akibat. Sebab bisa bermacam-macam, paling berat kalau ada ketidakpatuhan terhadap SOP yang ada," ujarnya.
BERITA TERKAIT :Sutarto melanjutkan, Perum Bulog memiliki SOP yang detil, mulai dari pengadaan hingga penyaluran. Dengan SOP yang jelas itu, seharusnya dapat ditelusuri apa yang menjadi penyebab terjadinya beras busuk di gudang Bulog tersebut.
"Termasuk soal First In First Out (FIFO), itu sudah ada SOP-nya. Kaitan dengan pengadaan tentu juga ada syarat yang harus dipenuhi. Jadi bisa ditelusuri mulai dari sana (SOP) tentunya, terpenuhi tidak SOP-nya" ungkapnya.
Untuk itu sebagai langkah awal dapat dilakukan audit internal oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI) secara menyeluruh. “Menurut saya bisa dimulai dari gudangnya, kemudian atasan kepala gudangnya, karena atasan bertanggungjawab melakukan pemeriksaan dan koordinasi. Jadi semua harus diaudit dan diperiksa," jelasnya.
Bahkan menurutnya, ada sanksi yang harus diberikan kepada pihak yang dinilai bertanggungjawab atas kesalahan atau ketidakpatuhan terhadap SOP yang berlaku. “Tapi tergantung pada tingkat-tingkat kesalahannya," imbuh Sutarto.
Sementara pihak Bulog berdalih tidak semua beras yang disortir merupakan beras busuk. Selama ini pun pihaknya kerap menjalankan evaluasi terkait kondisi beras-beras di gudang yang mengalami penurunan mutu.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi Saleh mengklaim, pihaknya selama ini telah menjalankan standar operasional prosedur terkait penyaluran beras dari dan ke luar gudang. Waktu keluarnya beras disesuaikan dengan waktu masuknya (first in-first out).
Perawatan juga telah dilakukan antara lain untuk menjaga sanitasi gudang dibuka secara rutin setiap pagi. Jadi kondisinya memang sudah ada. Yang seperti itu sedang kita perbaiki tahap-tahapannya. Itu sudah kita pisahkan, jelasnya kepada wartawan, hari yang sama.
Diakui, kondisi gudang Bulog yang mumpuni untuk menyimpan beras memang tidak seluruhnya baik. Sebagai contoh, gudang Bulog yang mumpuni kedap kurang dari 40 dari total unit yang ada. Seperti misalnya dilengkapi dengan turbin fentilator dan hidro thermometer, ujarnya.
Sebelumnya, pengamat pertanian dari IPB, Prof Dwi Andreas menuturkan beras busuk yang ada di Sumatera Selatan adalah hal yang biasa terjadi karena mekanisme first in first out, tidak lancar. Ia bahkan memprediksi persentase beras busuk akan terjadi di gudang - gudang Bulog lain di Indonesia.