Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
Cibir Pidato Grace Natalie

Demokrat: Lama-lama Jadi Partai Sensasi Indonesia

RN/CR | Rabu, 13 Februari 2019
Demokrat: Lama-lama Jadi Partai Sensasi Indonesia
Ketua Umum PSI, Grace Natalie -Net
-

RADAR NONSTOP - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendapat julukan baru. Kali ini diberikan Ketua DPP Demokrat, Jansen Sitindaon, sebagai Partai Sensasi Indonesia.

Gelar baru ini diberikan menanggapi pidato Ketua Umum DPP PSI, Grace Natalie, yang menyinggung koruptor sebagai kaum nasionalis gadungan. 

Grace menyebut, label nasional gadungan juga pantas disematkan kepada mereka yang mengaku nasionalis tapi turut meloloskan perda-perda agama yang diskriminatif. Juga mereka yang bungkam saat terjadi tindak intoleran.

BERITA TERKAIT :
Sekjen DPR (Indra) Bolak-Balik Diperiksa KPK, Dugaan Cawe-Cawe Vandor Di Parlemen?
Telusuri TPPU Kasus Korupsi Timah, Kejagung ‘Garap’ 11 Isteri Tersangka

Jansen menilai, apa yang disampaikan Grace dalam pidatonya hanya upaya PSI mencari sensasi politik jelang Pemilu 2019.

"Saya hanya bisa tertawa dengar Pidato Grace Natalie ini. Lama-lama jadi Partai Sensasi Indonesia, PSI ini," kata Jansen kepada wartawan, Selasa (12/2/2019).

Jansen kemudian menyinggung kasus Meiliana yang memprotes volume suara azan. Menurutnya, apa yang disampaikan Grace justru menampar wajah Presiden Jokowi, di mana kasus Meiliana berujung vonis 18 bulan bui karena dianggap menista agama akibat mengeluhkan volume suara adzan masjid di dekat rumahnya pada 2016. 

"Grace mungkin lupa jika sekarang ini zamannya Jokowi. Apa yang terjadi termasuk kasus ibu Meliana di Tanjung Balai yang dia pidatokan itu terjadi ya di masa Jokowi ini. Jadi nampar Jokowi, presiden yang dia dukung sendiri pidato Grace itu. Artinya kalau mengikuti pidato Grace ini, presiden sekarang nasionalismenya berarti gadungan dong? Diam saja ketika Ibu Meliana dipersekusi dan bahkan akhirnya dihukum," ujarnya.

Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi itu juga menganggap pidato Grace malah 'menyenggol' partai koalisi di kubu Jokowi-Ma'ruf Amin. 

Sebab, dia menilai, narasi yang dikatakan Grace soal nasionalis itu tak tercerminkan di parpol koalisi petahana Jokowi, lantaran banyak yang menjadi 'pasien' KPK. 

"Termasuk narasi nasionalis gadungan adalah partai-partai yang rutin mengirim kader-kader mereka untuk sekolah di KPK. Apa itu tidak menampar teman kolisinya sendiri juga? Karena fakta membuktikan 'pasien' KPK sekarang ini kan paling banyak dari partai-partai pendukung Jokowi, di mana PSI menjadi bagiannya. Jadi pidato itu bagusnya sebenarnya Grace Natalie pidatokan langsung ke Presiden Jokowi dan teman-teman koalisinya sendiri. Biar sadar koalisi mereka ini," tutur Jansen.

Lebih lanjut, Jansen mengatakan, pidato Grace tersebut justru memberi makna harus ada pergantian pemerintahan. Sebab menurutnya, nasionalisme yang mengelola negara adalah gadungan.

"Itu maka jika mengikuti logika Grace di pidatonya ini, kekuasaan sekarang ya memang harus diganti. Karena nasionalisme yang mengelola negara sekarang kan gadungan. Untuk itulah maka koalisi kami ingin perubahan, mengganti presiden dan yang berkuasa sekarang melalui pemilu 17 April 2019 nanti," kata Jansen.

Sebelumnya, Grace dalam pidatonya berjudul 'Musuh Utama Persatuan Indonesia' Grace menyinggung kaum nasionalis gadungan. 

Dia menjelaskan, ada dua ancaman yang membayangi persatuan Indonesia. Pertama, keberadaan kaum intoleran yang tiap harinya mengumbar kebencian. Kedua, keberadaan para koruptor yang melemahkan gerakan persatuan masyarakat.

"Jadi kalau ada orang menyebut dirinya nasionalis, tapi di belakang masih mencuri uang rakyat. Mereka lebih pantas kita sebut nasionalis gadungan," ucap Grace di acara Festival 11 Jogjakarta di Jogja Expo Center (JEC), Senin (11/2/2019).

Grace menambahkan, label nasional gadungan juga pantas disematkan kepada mereka yang mengaku nasionalis tapi turut meloloskan perda-perda agama yang diskriminatif. Juga mereka yang bungkam saat terjadi tindak intoleran.