Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Gula Dan Garam Penyabab Stroke Mingkat, Negara Jebol Rp 3,23 Triliun

RN/NS | Minggu, 05 November 2023
Gula Dan Garam Penyabab Stroke Mingkat, Negara Jebol Rp 3,23 Triliun
-

RN - Penderita stroke di Indonesia (+62) meningkat. Ternyata warga doyan makan gula dan garam yang berlebih. 

Selain itu lemak, rokok dan jarang makananan serat seperti buah dan sayuran juga menjadi penyabab. Warga memang tidak bisa lepas dari gula dan garam, sebab hampir semua menu di Indonesia memakai gula dan garam serta lemak.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019, angka kematian akibat stroke mencapai 132 kasus per 100 ribu penduduk.

BERITA TERKAIT :
Kebanyakan Makan Rendang & Opor, Ini Penyakit Pasca Lebaran 
Tips Melawan Micro Sleep Agar Aman Dalam Mengemudi 

Kementerian Kesehatan RI membeberkan penyebab stroke masih menjadi penyakit 'nomor satu' di Indonesia. 

Bahkan, pembiayaan stroke juga menjadi salah satu yang tertinggi pada peringkat tiga dengan jumlah Rp 3,23 triliun. Data ini dari BPJS Kesehatan di tahun 2022. Angkanya meningkat terus dari 2021 ke 2022.

Ketua Tim Kerja Gangguan Otak Kementerian Kesehatan RI dr Tiersa Vera Junita, MEpid menuturkan salah satu faktor risiko utama tingginya angka penyakit stroke diakibatkan oleh masih tingginya persentase masyarakat yang tidak menjalani gaya hidup sehat.

"Perilaku masyarakat yang dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit tidak menular termasuk stroke di dalamnya yaitu merokok, kurang aktivitas fisik, kurangnya makan sayur dan buah, serta tingginya konsumsi gula garam dan lemak," ujar dr Tiersa dalam Webinar Kenali dan Kendalikan Stroke Kemenkes, Jumat (3/11/2023).

Berdasarkan data Riskesdas 2013 dan 2018, terdapat peningkatan terkait prevalensi masyarakat yang menjalani gaya hidup kurang sehat. Sebagai contoh kebiasaan merokok mengalami peningkatan dari sebelumnya 28,8 persen menjadi 29,3 persen.

Selain itu juga terjadi peningkatan prevalensi masyarakat yang kurang dalam melakukan aktivitas fisik dari sebelumnya 26,1 persen menjadi 33,5 persen.

"Sementara kurang makan sayur dan buah masyarakat Indonesia itu mencapai prevalensinya itu tinggi sekali dari 93,5 persen pada tahun 2013 meningkat menjadi 95,5 persen di tahun 2018," ujarnya.

Untuk konsumsi gula garam lemak (GGL) berdasarkan studi diet total tahun 2014, terdapat 4,8 persen masyarakat yang mengonsumsi gula melebihi batas yang disyaratkan sebanyak 50 gram per hari. Sedangkan untuk garam (2000 mg per hari) sebanyak 52,7 persen dan lemak (67 gram per hari) sebanyak 5,8 persen.