RN – Pihak-pihak mempersoalkan diksi 'tempur lapangan' dan menyerang Benny Rhamdani saat bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi), dinilai lebay atau berlebihan.
Pengamat Politik Citra Institute Efriza mengatakan, viralnya diksi 'tempur lapangan' yang dilontarkan Benny bukan bermaksud untuk mengajak perang secara nyata atau memprovokasi masyarakat.
"Bukan perang yang sebenarnya. Kalau dilihat lebih seksama, Benny mau menyatakan, kalau mau melakukan perlawanan (kepada pemerintah), ya harus melihat fakta dari kinerja pemerintah," kata Efriza saat dihubungi wartawan, Jumat (2/12).
BERITA TERKAIT :Menurut dia, gemasnya Benny saat melontar kalimat 'perang' itu, karena pihak-pihak yang menyerang Presiden Jokowi rata-rata bukan mempersoalkan kinerja pemerintah. Tapi, serangan atau tuduhan yang dialamatkan kepada orang nomor satu di Indonesia itu mengarah pada pribadi, fitnah, dan penyebaran kebencian.
"Bagaimana pun, dia (Benny) barisan relawan pendukung Jokowi. Jadi, bahasa Benny jangan sekadar dilihat bahasa perangnya. Coba dilihat dari keseluruhan bahasanya," ucap dia.
Namun begitu, Efriza mengakui, pihak oposisi Presiden Jokowi mendapat angin segar dari potongan video yang dilontatkan Benny. Karenanya, kata 'perang' Benny itu digoreng kelompok oposisi, untuk membully Presiden Jokowi dan Ketua BP2MI itu.
"Yang diambil kalimatnya hanya potongan ucapan Benny, tidak keseluruhan penyataan Benny. Tapi, begitu lah cara kerja kelompok oposisi yang tidak cerdas. Peristiwa ini juga menunjukan, apa yang disampaikan Benny kepada Presiden merupakan sebuah kebenaran," jelas dia.
Lebih lanjut, Efriza mengatakan, kelompok opsisi pernah menggunakan diksi 'perang' pada gelaran Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 lalu. Bahkan, urai dia, mereka mengasosiasikan Pilpres dengan Perang Badar dan perang total untuk membakar semangat para pendukungnya.
"Dari rangkaian peristiwa itu, kita bisa mengambil poin besarnya. Ketika kelompok oposisi menggunakan diksi 'perang' mereka bilang itu untuk membakar semangat dan membangun kekuatan. Tapi, ketika kelompok pengukung Jokowi menggunakan kata yang sama mereka bilang arogan dan otoriter," tutur dia.
Karenanya, Efriza menilai, apa yang dilakukan Benny dalam membela Presiden Jokowi tidak bisa disalahkan. Jika dilihat secara utuh, kata dia, Benny hanya ingin mengajak seluruh elemen bersikap proporsional dalam memberi penilaian, serta melakukan kritik berdasarkan data dan kinerja pemerintah.
"Pesan yang ingin disampaikan Benny ke dalam, relawan jangan hanya cuek dan menahan diri, ketika patron dihina-hina. Ke luar, ia ingin mengajak seluruh komponen untuk memberikan kritik secara proporsional dan tidak memecah belah bengsa," tandasnya.