Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

RN | Rabu, 17 Agustus 2022
Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan
-Ist
-

Oleh Drs. Aam Ruswana, M.Kes

Setiap tanggal 17 Agustus kita bangsa Indonesia memperingati nikmat kemerdekaan. Walaupun masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki, diperjuangkan dan ditingkatkan agar kita bisa menikmati kemerdekaan yang sebenarnya.

Kemerdekaan yang kita rasakan sekarang bukanlah lampu aladin yang cukup diucapakan dengan sim salabim, bukan pula merupakan hadiah dari penjajah, tapi hasil perjuangan dan pengorbanan para pejuang bangsa yang cukup panjang dan melelahkan dengan tetesan air mata, cucuran keringat, bahkan genangan darah. Tentunya yang lebih utama lagi kemerdekaan bangsa Indonesia adalah merupakan anugrah yang terindah dari Allah SWT.

BERITA TERKAIT :
Sebut Jokowi-Gibran Gak Bisa Kerja, Opung Luhut Minta Ahok Lihat Pakai Kepala 
Distamhut Akan Bangun 10 Taman, Awas Oknum PNS Jadi Makelar Tanah

Bagi orang yang beriman, rasanya tidak mungkin semua perjuangan dan cita-cita akan berhasil tanpa pertolongan-Nya. Keberhasilan sesuatu, pada hakekatnya adalah perpaduan yang benar antara ikhtiar yang sungguh-sungguh dengan kehendak dan pertolongan Allah SWT. 

Para pejuang kemerdekaan kita, menyadari betul arti perpaduan kedua hal tersebut, sehingga kesadaran ini mereka tuangkan  dalam mukaddimah  UUD 1945 alinea ke tiga:

“Atas berkat Rahmat Allah SWT. dan dengan di dorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”.

Tidak bisa diingkari banyak nikmat yang Allah curahkan lewat kemerdekaan ini, setiap detik cucuran nikmat itu menyirami kehidupan kita. Allah berfirman:

Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya (Ibrahim: 34). Yang perlu difikirkan dan direnungkan adalah bagaimana cara kita menyikapi nikmat itu? Apakah sikap kita terhadap nikmat itu sudah benar?

Ada orang bergembira tatkala meneriman nikmat  karena nikmat itu akan mendatangkan kemudahan, kelezatan, kenyamanan, kemewahan dan meningkatkan gengsi dan martabat di lingkungan sosialnya. 

Ia mengira nikmat itu diperoleh berkat kepandaian dan kehebatan dalam menjalankan kiat-kiat usah dan perjuangannya. Bila gembira karena itu maka kita termasuk golongan orang lalai dan hina dina di depan Allah. (Al An’am 44)

Ada orang bergembira tatkala menerima nikmat bukan karena nikmat itu, akan tetapi karena nikmat itu datang dari Allah. Kemampuan orang itu melihat nikmat sebagai pemberian Tuhannya menempatkannya termasuk golongan orang-orang yang terhormat dan terpuji. (Yunus 58). 

Alhamdulillah para pendiri republik ini mengakui kemerdekaan sebagai rahmat Allah seperti yang tertera dalam UUD 1945.

Sebagai bangsa yang memiliki kesadaran agama, maka mensyukuri nikmat kemerdekaan adalah merupakan keniscayaan. Mensyukuri nikmat kemerdekaan ialah mengisi bangsa yang merdeka ini dengan membangun, baik membangun fisik maupun mental. Membangun peradaban yang baik, sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Kerja keras, rendah hati, mengutamakan persatuan dan persaudaraan, saling menghargai, saling mencintai antara anak bangsa walupun berbeda suku dan agama. 

Menjalankan titah Allah, menjauhi larangann-Nya dan tidak memberikan ruang kebebasan bagi setiap kezaliman dan kemaksiatan.

Bentuk bersyukur yang lain ialah, mengerjakan ketaatan kepada Allah Swt. seraya memohon pertolongan kepada-Nya dalam menjalankan ketaatan itu dengan nikmat-nikmat-Nya. 

Hendaknya kita menggunakan segala kenikmatan itu pada tempat-tempat yang diridhai Allah, dan itulah puncak segala perwujudan rasa syukur.

Sedangkan mengkufuri nikmat akan menghapus kenikmatan itu dan menukarnya menjadi kehampaan, kekosongan.

Sebagaimana peringatan Rasulullah Saw bagi orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah Swt: “Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezaliman (melampaui batas). (HR. Al Hakim).

Dalam QS. Ibrahim Allah swt. Berfirman: Jika kamu mensyukuri nikmat-Ku, maka akan Ku tambahkan nikmat itu padamu, akan tetapi kalau kamu kufur pada nikmat, maka azabKu sangat pedih.

Abu Muhammad Al Jurairi berkata:“ Siapa yang melihat nikmat dan tidak melihat Pemberinya tertutup baginya untuk bisa bersyukur. Dan siapa melihat Pemberi nikmat dengan tiadanya nikmat maka itulah orang yang bersyukur yang sebenarnya.

Wallahu A’lam bish Shawab.

#HUT   #Syukur   #Merdeka