Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
HARI HEPATITIS SEDUNIA

Hepatitis Tak Bisa Menunggu, Cegah Sejak Dini

Tori | Kamis, 28 Juli 2022
Hepatitis Tak Bisa Menunggu, Cegah Sejak Dini
-

RN - Hepatitis merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. 

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit hepatitis, organisasi kesehatan dunia, World Hepatitis Alliance (WHA) meluncurkan kampanye global bertema I Can’t Wait pada peringatan Hari Hepatitis Sedunia yang jatuh pada tanggal 28 Juli ini.

Kampanye ini bertujuan untuk menyebarkan informasi penting mengenai bahaya hepatitis. Sekaligus mengajak seluruh masyarakat untuk mengakselerasi upaya penanganan penyakit hepatitis di seluruh dunia. 

BERITA TERKAIT :
Vape Sudah Dilarang Dibanyak Negara, Indonesia Kapan Nih?
Vape Atau Pod Kena Pajak, Vapers Mania:  Ini Lintah Darat Namanya 

Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh infeksi virus dan dapat menular. Kasus yang sering terjadi di Indonesia merupakan infeksi dari virus Hepatitis jenis A, B, dan C. 

Penularan Hepatitis A terjadi melalui fecal-oral dimana virus masuk ke dalam mulut melalui makanan maupun benda yang telah terkontaminasi. 

Sementara Hepatitis B dan C ditularkan melalui pertukaran darah atau cairan tubuh yang telah terinfeksi virus. Hepatitis menyerang fungsi hati yang dapat menyebabkan ganguan kesehatan bahkan berisiko menimbulkan kanker hati. Jika tidak tertangani dengan baik, penyakit ini dapat berpotensi menyebabkan kematian.

Data dari WHO menyebutkan, setiap 30 detik terdapat satu orang yang meninggal akibat penyakit terkait dengan hepatitis. WHO Regional Office for South-East Asia mencatat prevalensi penyakit hepatitis B di Indonesia mencapai 7,1 persen atau sekitar 18 juta kasus, angka prevalensi tertinggi jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya. 
Sementara itu, prevalensi Hepatitis C mencapai angka 2,34 persen atau sekitar 6 juta kasus, angka prevalensi tertinggi setelah Myanmar dan Thailand diantara negara Asia Tenggara lainnya. Lebih lanjut, laporan Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) 2018 menyebutkan bahwa prevalensi kasus terbesar Hepatitis di Indonesia terjadi pada anak-anak dengan kelompok umur 5 -14 tahun.

Dokter spesialis anak, Kurniawan Satria Denta menyatakan bahwa anak-anak rentan tertular virus hepatitis, bahkan hepatitis akut misterius yang saat ini marak terjadi juga mayoritas menyerang anak-anak, yaitu pada umur 1 bulan hingga 16 tahun.  

Untuk itu, agar terhindar dari ancaman penyakit hepatitis, perlu untuk mengenali gejalanya dan melakukan pencegahan secara disiplin dari diri sendiri dan keluarga.

Satria menjelaskan gejala hepatitis umumnya ditandai dengan demam, nyeri perut, dan gejala kuning pada badan. "Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mencegah hepatitis, yang pertama mencegah infeksi dengan menjaga perilaku hidup bersih dan yang kedua yaitu melakukan imunisasi pada anak” tuturnya. 

Selain menjaga kebersihan hidup, tambah Satria, imunisasi merupakan upaya pencegahan terbaik yang dapat dilakukan. Sebab, vaksin hepatitis bekerja memberikan kekebalan pada tubuh anak sehingga dapat mencegah penyakit tersebut. 

Untuk anak yang belum menerima imunisasi hepatitis, orang tua dapat memberikan imunisasi dengan mengikuti rekomendasi jadwal yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2020. 

Secara rinci IDAI merekomendasikan imunisasi dasar hepatitis B diberikan pada saat anak lahir sebelum berumur 12 jam. Sementara imunisasi dasar hepatitis A diberikan dua kali yaitu satu dosis pada saat anak berumur 1 tahun dan dosis selanjutnya diberikan dengan rentang enam bulan hingga 12 bulan setelah dosis pertama. Namun jika tertinggal, anak-anak dapat menerima imunisasi catch-up atau kejar imunisasi hingga umur 18 tahun.

Perusahaan perawatan kesehatan global, GlaxoSmithKline (GSK) Indonesia turut menyuarakan pentingnya kesadaran dari keluarga agar mewaspadai ancaman hepatitis. GSK Indonesia mengajak semua pihak untuk dapat menjadi bagian dalam upaya pemerintah serta mendukung target WHO untuk menghapus hepatitis pada tahun 2030.

"Di antara upaya yang kami lakukan saat ini adalah dengan menyampaikan informasi ilmiah kepada petugas kesehatan secarha rutin dan juga mengedukasi keluarga dari karyawan kami sendiri di GSK," ujar Vaccine Medical Director GSK Indonesia Deliana Permatasari.

GSK Indonesia juga mengimbau kepada masyarakat dan agar tetap melindungi diri dari virus hepatitis. "Jangan menunda untuk mendatangi dokter maupun fasilitas kesehatan jika mengalami gejala-gejala hepatitis, because hepatitis can’t wait," tutupnya.