RN – Kereta Whoosh boleh melaju cepat, tapi perencanaannya tampak tersendat. Alih-alih solusi jangka panjang, pemerintah kembali mengandalkan Keppres untuk menambal utang triliunan. Cepat di atas kertas, lambat di realita.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkap bahwa Presiden Prabowo Subianto segera menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) terkait penyelesaian utang raksasa proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) atau yang dikenal dengan nama Whoosh.
“Kita tinggal tunggu Keppres saja,” ujar Luhut usai menghadiri acara “1 Tahun Prabowo–Gibran: Optimism 8% Economic Growth” di Jakarta, Kamis (16/10).
BERITA TERKAIT :Langkah ini disebut sebagai tahap krusial untuk menyelesaikan beban utang proyek yang nilainya mencapai lebih dari Rp120 triliun.
Lanjut Luhut, Presiden Prabowo akan segera membentuk tim khusus untuk merancang strategi pembayaran utang KCIC. Ia juga menegaskan bahwa dirinya telah berkoordinasi langsung dengan CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Rosan Roeslani, dan keduanya sepakat bahwa utang jumbo ini harus ditangani bersama, bukan dibiarkan membengkak.
Mengenai cara melunasi utang, Luhut menyebut skema restrukturisasi akan menjadi pilihan utama, namun ia belum memastikan sumber dana yang akan digunakan. Menariknya, pembayaran utang bisa saja diambil dari dividen BUMN, bukan dari dana negara.
“Tidak ada yang pernah meminta APBN. Ini restrukturisasi. Saya sudah bicara dengan pihak China, karena saya dari awal ikut mengerjakan proyek ini,” tegas Luhut.
Ia juga menegaskan, proyek transportasi publik seperti KCIC bukan dirancang untuk cari untung, melainkan untuk mendukung mobilitas dan ekonomi rakyat.
“Tidak ada transportasi publik di dunia yang untung. Semua pasti ada subsidi pemerintah, tapi tentu harus terukur,” tambahnya.
Sementara itu, CEO Danantara Rosan Roeslani menegaskan bahwa proses penyelesaian utang KCIC masih dalam tahap evaluasi internal, dan belum ada komunikasi resmi dengan Kementerian Keuangan. Ia menekankan, keputusan apa pun akan diambil secara terstruktur dan transparan, melibatkan kementerian terkait sebelum diumumkan ke publik.
Sebagai catatan, total investasi proyek KCIC mencapai 7,27 miliar dolar AS Atau setara Rp120,38 triliun, dengan 75 persen dibiayai oleh pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan bunga 2 persen per tahun.
Langkah Prabowo menerbitkan Keppres ini diyakini menjadi uji pertama kepemimpinan ekonominya, apakah bisa menuntaskan warisan utang proyek megah tanpa membebani APBN.