Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Survei: 81 Persen Calon Pekerja di Indonesia Lebih Mikir Kesehatan Mental dan Kesejahteraan

Tori | Senin, 04 Juli 2022
Survei: 81 Persen Calon Pekerja di Indonesia Lebih Mikir Kesehatan Mental dan Kesejahteraan
Senior Managing Director, Michael Page Singapura, Indonesia & Filipina, Olly Riches
-

RN - Di tengah pandemi global, aksi pengunduran diri secara masif telah terjadi di Indonesia selama dua tahun terakhir. Trennya semakin meningkat pada 2022. 

Gelombang pengunduran diri yang berlangsung di Indonesia melibatkan hampir setengah (43 persen) tenaga kerja di Indonesia dengan masa kerja kurang dari dua tahun. Bahkan, 84 persen tenaga kerja ingin mencari prospek karier baru dalam enam bulan mendatang.

Perusahaan jasa rekrutmen profesional, Michael Page Indonesia, meluncurkan "Talent Trends 2022 Report" yang berjudul "The Great X", dan memuat analisis penting tentang dunia kerja.

BERITA TERKAIT :
Mitigasi Risiko dan Tantangan Global, Menko Airlangga: Pemerintah Terus Jaga Momentum PEN

Meski gaji dan bonus masih menjadi motivasi utama bagi kandidat pegawai, survei menunjukkan pergeseran tren yang mengarah pada fasilitas kerja selain uang. 

Sebanyak 68 persen responden di Indonesia bahkan rela menolak kenaikan gaji dan/atau promosi jabatan demi memperoleh keseimbangan karier dan kehidupan pribadi, kesehatan, dan kebahagiaan yang lebih baik.

Senior Managing Director, Michael Page Singapura, Indonesia & Filipina, Olly Riches mencermati  individu semakin mementingkan budaya kerja di perusahaan, prinsip, dan kepemimpinan ketimbang citra perusahaan dan promosi yang dilakukan perusahaan. 

"Tingkat permintaan tenaga kerja di sektor Teknologi, serta Layanan Kesehatan dan Ilmu Hayati terus mengalami peningkatan di tengah COVID-19," urai Riches. 

Dalam beberapa kasus, tenaga kerja dibutuhkan sebagai pendukung ide-ide inovatif di usaha rintisan dan perusahaan konvensional .

Setelah ekonomi mulai pulih, perusahaan tidak boleh meremehkan efek psikologis yang timbul akibat penggabungan "pekerjaan" dan kehidupan "pribadi" dalam dua tahun terakhir. Sebanyak 72 persen responden menginginkan metode bekerja gabungan (hybrid) antara bekerja dari rumah dan kantor.

Selain itu, 66 persen tenaga profesional di Indonesia telah menanyakan atau berpikir untuk menanyakan tentang kebijakan perusahaan tentang aspek Keberagaman, Kesetaraan, dan Inklusi (Diversity, Equity & Inclusion/DE&I) dalam wawancara kerja. Menurut 33 persen responden, ketidakjelasan komitmen DE&I akan membuat mereka berhenti mengejar peluang kerja.

Pandemi juga telah mengubah prioritas pekerja. Sebanyak 81 persen kandidat pegawai meyakini bahwa kesehatan mental dan kesejahteraan harus dipertimbangkan dalam kinerja pegawai dan penilaian kerja. Perusahaan harus menciptakan budaya kerja positif yang mengapresiasi tenaga kerja pada seluruh jenjang.

Sejumlah besar tenaga kerja pun merasa tidak mendapat dukungan di tempat kerja. Sebanyak 49 persen responden berkata, beban kerja mereka meningkat jika dibandingkan sebelum COVID-19 terjadi. 

Menurut 83 persen responden, perusahaan tempat mereka bekerja tidak mengambil langkah aktif untuk menjamin keseimbangan karier dan kehidupan pribadi. 

"Perusahaan harus mengubah, banyak hal dan membantu tenaga kerja agar bekerja secara lebih efisien," imbuhnya.