Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Subsidi Minyak Goreng Bikin Panic, Mahasiswa: Tinjau Ulang Permen Lutfi!

SN | Jumat, 21 Januari 2022
Subsidi Minyak Goreng Bikin Panic, Mahasiswa: Tinjau Ulang Permen Lutfi!
-

RN - Berbulan-berbulan masyarakat menanti solusi pemerintah terkait persoalan harga minyak goreng yang terus merangkak naik hingga kisaran Rp19.000-Rp21.000 per liter. 

Kemudian pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengeluarkan kebijakan minyak goreng satu harga menjadi Rp14.000 per liter. Ketika kebijakan ini ditetapkan terjadi panic buying atau aksi borong di tengah masyarakat. 

Wakil Sekretaris Bidang Eksternal PB HMI, Ilham Mandala menyayangkan, sebetulnya aksi borong ini bisa diantisipasi jika pemerintah menyiapkan infrastruktur baik hulu maupun hilir secara matang dan terstruktur. 

BERITA TERKAIT :
Pilkada DKI, KAHMI Jaya Dorong Tokoh Betawi Ikut Bertarung 
Tebarkan Empati Perkuat Silaturahmi, Wilimas Panen Ajak Yatim Piatu, Dhuafa dan Warga Bukber

Ilham pun meminta regulasi baru yang diterbitkan Menteri Perdagangan M. Lutfi, yakni 

Permendag Nomor 02 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 19 Tahun 2021 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Ekspor, ditinjau kembali. Sebab, berpotensi penyaluran subsidi tidak tepat sasaran. 

"Dari sisi penjualan, ini sangat tidak ramah 

bahkan bisa merugikan bagi pedagang kecil yang berada di pasar basah atau pasar tradisional karena pendistribusian belum ada ada kejelasan alur pembayaran subsidi 

terkait minyak goreng kemasan satu harga ini," ujar Ilham, Jumat (21/1/2022).

Ia juga menyoroti keputusan pemerintah menggunakan dana Badan Pengolala Dana Perkebunan Kepala Sawit (BPDP KS) sebesar Rp7,6 triliun untuk minyak goreng satu harga

Rp14 ribu per liter yang mulai berlaku 19 Januari 2022.

Dana Rp7,6 triliun itu dipergunakan untuk menstabilkan harga minyak goreng di pasaran dan membiayai minyak goreng kemasan sebanyak 250 juta liter per bulan atau sekitar 1,5 miliar liter selama enam bulan ke depan.

"Kami meminta harus dikawal sampai tuntas turun sampai ke tangan tepat dan agar tidak ada penyelewengan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab," tegas Ilham. 

Menurutnya, minyak goreng curah seharusnya, ikut disubsidi, bahkan menjadi prioritas utama. Alasannya, di tingkat konsumen, pemakaian nminyak goreng curah di Indonesia masih tergolong tinggi, yakni mencapai 300 juta liter. Jumlah ini melebihi tingkat konsumsi minyak goreng kemasan. 

"Dengan naiknya minyak goreng curah ini sangat berdampak sekali atas kelangsungan perekonomian tingkat penduduk dengan pendapatan rendah dan juga dengan usaha mikro, kecil dan menengah dan saya meminta pemerintah untuk ikut menurunkan harga minyak goreng curah," tuturnya. 

Lebih lanjut, Ilham menyarankan, pemerintah sebaiknya membatasi arus ekspor CPO dan menaikkan pajak ekspor DMO terkait CPO demi menjaga rantai pasokan minyak goreng dalam negeri.