Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

OJK Wajibkan Debt Collector Punya Sartifikat, Debitur: Biar Nagih Gak Galak 

NS/RN/NET | Minggu, 01 Agustus 2021
OJK Wajibkan Debt Collector Punya Sartifikat, Debitur: Biar Nagih Gak Galak 
Ilustrasi
-

RN - Para nasabah atau debitur mengaku senang dengan aturan Otoritas Jasa Keuangan atau OJK. Dalam aturan baru, OJK meminta kepada leasing dan bank yang sering memakai jasa debt collector memiliki sertifikat profesi. 

"Kalau nagih kita telat bayar galak-galak dan marah-marah. Semoga sartifikat itu bisa menidik adat atau etika," tegas Jono, yang rumahnya pernah disatroni debt collector, Minggu (1/8). 

Bapak dua ini berharap, OJK bisa terus mengatur aturan yang bisa membuat sejuk nasabah. "Inikan era pandemi, semua tau kalau omzet lagi sepi, dunia usaha banyak yang bangkrut," tegasnya.

BERITA TERKAIT :
Hei Debt Collector dan Pinjol! Ketahui Nih, Lo Nagih Brutal Denda Rp15 Miliar
Lewat Program ”SiCantiks”, Bank DKI Dorong Literasi Keuangan Syariah Melalui Digitalisasi

Begitu juga dengan Supandi. "Semoga ke depan tidak ada lagi penagih utang main tarik motor di jalan. Siapa sih yang mau nunggak, kita inikan telat karena situasi lagi begini," terang karyawan swasta di kawasan Jaksel ini.

OJK memberlakukan sartifikasi profesi kepada debt collector. Hal ini berlaku sebelum melakukan penagihan utang ke nasabah atau debitur. 

Selain itu, penagihan utang oleh debt collector juga harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

"Perusahaan pembiayaan yang menggunakan jasa debt collector wajib memastikan seluruh debt collector yang menjadi mitra perusahaan telah memiliki sertifikat profesi dan mengikuti peraturan dalam proses penagihan kepada nasabah," ujar Juru Bicara OJK Sekar Putih Djarot dalam keterangan resmi seperti dikutip Sabtu (31/7).

Selain memiliki sertifikat profesi, OJK juga mewajibkan debt collector selalu menyertakan kartu identitas, surat tugas, dan bukti jaminan fidusia saat melakukan penagihan utang ke nasabah. Hal ini untuk memperkuat aspek legalitas dalam proses penagihan.

"Kebijakan ini merupakan tindak lanjut OJK dalam merespons maraknya penagihan utang ke nasabah oleh debt collector dari perusahaan pembiayaan," kata Sekar.

Tak hanya memberlakukan aturan ini, otoritas juga menyatakan akan menindak tegas perusahaan pembiayaan yang terbukti melanggar ketentuan yang berlaku. "OJK telah memberi sanksi kepada sejumlah perusahaan pembiayaan yang tidak memenuhi ketentuan, baik berupa sanksi peringatan, pembekuan kegiatan usaha, hingga pencabutan izin usaha," ucapnya.

OJK juga meminta nasabah yang memiliki utang pinjaman dari perusahaan pembiayaan agar turut memiliki itikad baik dalam menyelesaikan kewajibannya. Apabila ada kendala dalam proses pelunasan utang, maka sebaiknya dikomunikasikan ke perusahaan pembiayaan secara langsung.

"Debitur agar memiliki itikad baik menyelesaikan kewajiban dan menyampaikan kepada perusahaan pembiayaan jika memiliki kendala pembayaran angsuran," ungkap Sekar.

Ia menambahkan, berbagai kebijakan soal debt collector sengaja dikeluarkan otoritas karena kerap meresahkan nasabah yang terlilit utang dari perusahaan pembiayaan. Sebagian dari mereka merasa debt collector kerap menagih utang dengan cara yang kasar, disertai ancaman, dan lainnya.

OJK juga pernah menegaskan bila ada debt collector yang melakukan ancaman dan tindakan yang bersifat mempermalukan nasabah, baik secara fisik maupun verbal, maka debt collector akan ditindak sesuai hukum.