RN - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat alias NASA pada laman resminya menyebut, Jakarta dan pulau reklamasi menjadi salah satu kota pesisi yang terancam tenggelam.
Prediksi terebut berdasarkan kondisi dari berbagai faktor. Di antaranya perubahan iklim, jumlah penduduk yang terus bertambah, juga eksploitasi air di wilayah Ibu Kota.
Selain itu, potensi tenggelam juga diakibatkan karena kenaikan permukaan air laut, imbas pemanasan global dan pencairan lapisan es. “Hanya sedikit tempat yang menghadapi potensi itu. Salah satunya daerah dengan penduduk 32 juta orang di Jakarta,” tulis NASA, dikutip dari laman resminya Sabtu (17/7/2021).
BERITA TERKAIT :NASA juga menunjukkan data sejak lama Jakarta sering diterjang banjir. Sejak 1990, banjir besar di Jakarta rutin terjadi dalam beberapa tahun. “Bentang alam di dataran rendah dan adanya sungai besar yang boleh dibilang selalu meluap kala banjir, Jakarta menjadi sangat akrab dengan banjir,” tulisnya.
Permasalahan banjir di Jakarta juga diperparah dengan perubahan fungsi area di pinggir sungai. NASA melihat hilangnya hutan dan vegetasi di sepanjang Sungai Ciliwung dan Cisadane. Area itu beralih menjadi pemukiman.
“Dengan populasi di Jakarta meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2020 menjadikan lebih banyak orang memadati dataran banjir yang berisiko tinggi,” begitu keterangan NASA.
Menurut analisis data Landsat NASA, Jakarta setidaknya telah membangun 1.185 hektare lahan baru di sepanjang pesisir pantai. Penambahan lahan dengan menambah pulau buatan kerap dianggap sebagai solusi tercepat.
Mengutip dari situs NASA, ilmuwan penginderaan jauh di East China Normal University Dhritiraj Sengupta mengatakan, sebagian besar lahan di wilayah Jakarta telah digunakan untuk pembangunan perumahan kelas atas dan lapangan golf.
Ternyata, hal ini memicu ancaman serius, yakni berpotensi menenggalamkan Jakarta. Terdapat juga pembangunan pulau reklamasi dibangun atas rencana induk Pembangunan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara (PTPIN) oleh pemerintah. Rencana tersebut berupa pembangunan tanggul laut raksasa dan 17 pulau buatan di sekitar Teluk Jakarta.
Meski proyek tersebut dimulai pada 2015, berbagai masalah lingkungan, ekonomi, dan teknis telah memperlambat pembangunan.