Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Lapangan Dadaha Tasikmalaya Ditutup, Penjual Terompet Hingga Mang Becak Berteriak

SN | Selasa, 29 Desember 2020
Lapangan Dadaha Tasikmalaya Ditutup, Penjual Terompet Hingga Mang Becak Berteriak
Komplek Olah Raga Dadaha, Tasikmalaya (Foto: Net)
-

RADAR NONSTOP - Penutupan lapangan Dadaha yang dilakuakan oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya membuat sebagian masyarakat kota santri tersebut mengeluh. Penutupan Lapangan Dadaha itu dilakukan guna mengantisipasi terjadinya kerumunan pada malam tahun baru mendatang.

Ujang Rohman, 43 th mengaku dirinya kecewa atas penutupan lapangan Dadaha tersebut. Ia mengatakan usaha musimannya saat ini akan mengalami kerugian.

"Kecewa, saya usaha dagang terompet, mangkal di Dadaha, kalau ditutup mah gimana," katanya di Tasikmalaya, Selasa (29/12/2020).

BERITA TERKAIT :
Di Bawah Komando Walkot Jakbar Kang Uus, Permasalahan Lapangan Bola Kiamat Langsung Beres
Bisnisnya Banyak Yang Tutup, Banyak Orang Ragu Dengan Gibran 

Warga Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya ini mengungkapkan bahwa dirinya dan pedagang terompet lainnya mesti mengalami kerugian lantaran barang yang sudah ia persiapkan tidak bisa dijual.

"Rugi mah pasti, modal sudah keluar, tapi jualan dilarang, karena tempat tahun baruan ditutup," ungkapnya.

Meski demikian, ayah dari 3 orang anak ini mengaku pasrah terhadap keputusan yang diambil Pemkot Tasikmalaya. Ia menyadari, langkah antisipatif Pemkot Tasik guna mencegah penyebaran covid-19 di daerahnya.

"Akhirnya pasrah, da mungkin buat kebaikan warga juga, agar corona engga semakin parah di sini," tuturnya.

Senada dengan Ujang, Warga Asal Cihideung yang berprofesi sebagai pengayuh becak, Momon, 38 th, pemuda ini pun mengeluhkan hal serupa. Ia mengatakan, Dadaha baginya merupakan tempat penghasil uang. Biasanya, baik siang maupun malam, Momon mangkal dilokasi tersebut.

"Dadaha tuh sudah seperti kolam ibaratnya, tempat kita mancing ikan, atau kayak sawah, tempat kita buburuh nuai padi, jadi kalau ditutup, harus kemana lagi kita pindah," kata Momon.

Ia beserta masyarakat lainnya yang setiap hari bermata pencaharian dilokasi tersebut berharap agar Pemerintah Kota Tasikmalaya tidak hanya berfikir upaya pencegahan kerumunan saja. Tetapi, lebih dari itu, Pemkot harus menjamin juga kelangsungan usaha masyarakat terdampak kebijakan.

"Harapan kami, ya jangan hanya menutup lah, fikirin juga nasib kami selama lokasi di tutup, penghasilan kami gimana, kebutuhuan kami gimana, mereka (pejabat) mah ongkang kaki juga, pendapatan mah mengalir," cetusnya.