Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Susah Nyari Kerja dan Sekolah, Warga Tangsel Mimpi Pemimpin Baru

BCR/RBN | Selasa, 20 Oktober 2020
Susah Nyari Kerja dan Sekolah, Warga Tangsel Mimpi Pemimpin Baru
-

RADAR NONSTOP- Perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tahun 2020, membuka harapan baru bagi masyarakat Tangsel. Mereka berharap, pasangan calon wali kota dan waki wali kota Tangsel terpilih nanti, bisa menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.

Sempitnya lapangan kerja selama ini, menjadi alasan mereka menginginkan hadirnya pemimpin Tangsel yang baru.  

"Saya mah siapapun yang menang, ada lapangan kerja buat anak-anak yang sudah tamat sekolah. Pokoknya perbanyak lapangan kerja, gitu dah," ungkap Suhaeri, warga Ciputat, Senin (19/10/2020). 

BERITA TERKAIT :
Anies Disuruh Rebut Kursi Gubernur Jakarta, Surya Paloh Ogah Tekor Dua Kali Ya?
Jago PAN Untuk Gubernur Jabar, Lebih Kuat Dessy Ratnasari Ketimbang Eks Wali Kota Bogor Bima Arya

Dia mengaku kecewa dengan pemimpin yang selama ini hanya janji mensejahterakan warganya. Buktinya, kata dia, saat anaknya yang merupakan lulusan SMA dan kehilangan pekerjaan ketika aturan bekerja di rumah diterapkan, tidak ada perhatian dari pemimpin Tangsel.  

"Kemarin anak saya dirumahkan karena Corona, itu enggak ada yang peduli. Harusnya kan ada solusi dari pemerintah, bagaimana biar yang dirumahkan enggak nganggur total gitu,” kata dia. 

Beda halnya dengan Khairul (47), tukang ojek pangkalan di kawasan Pasar Ciputat.  Ia malah blak-balakan menyoroti ketimpangan kesejahteraan yang dialaminya selama masa kepemimpinan Airin Rachmi Diany dan Benyamin Davnie. 

‘Rakyat kecil seperti saya mah harapannya sejahtera aja. Jangan ada ketimpangan lagi, pendidikan juga bagaimana ini buat anak-anak kita juga. Orang susah jangan disusahin masuk sekolah," ucapnya.

"Ini sekolah sekarang pada beli pulsa, internetnya, kita harus biaya sendiri," tambahnya. 

Ia mengaku selama pandemi Covid-19, kehidupannya semakin sulit. Kesulitan itu dirasakannya karena adanya tambahan biaya anak untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring.

"Kan enggak tatap muka, bukan pakai classroom dia, Kalau yang enggak pake classroom gimana biayanya, bisa sampai Rp 400 ribu kalau sehari Rp 10.000 sampai Rp 20.000, satu bulan berapa paling enggak Rp 400 ribu buat paket internetnya saja," ungkapnya.

Harapan lain datang dari M Nur (49) yang telah berprofesi sebagai tukang ojek sejak tahun 1989.

Nur berharap pemimpin ke depan dapat membuka lapangan pekerjaan bagi mereka yang baru saja kehilangan pekerjaan akibat imbas pandemi covid-19.

"Untuk anak-anak kita dikasih kerjaan yang sesuai, jangan dirumahin. Karena sekarang dirumahin yang tadinya sanggup bayar motor jadi ditarik sama dealaer. Kalau dia sudah kredit motor terus dirumahin kerjanya siapa yang bayar, nganggur jadi pusing kepalanya. Harapannya anak-anak itu semoga dapat dikasih kerja enggak dirumahin," ucapnya.

Ia pun turut menyoroti bidang pendidikan, mengingat sang anak yang melangsungkan KBM dengan daring.

Ia berharap pemimpin selanjutnya dapat mewadahi fasilitas yang dibutuhkan dalam melakukan KBM secara daring.

"Harapan lain sekolah juga dienakin, ini tetap bayaran per bulan, maksudnya ada potonganlah misal per bulan Rp 120 ribu, kan bisa dikurangin jadi Rp 100 ribu. Padahal dia enggak masuk sekolah sudah gitu pakai hape. Hape kan pake pulsa, pulsa saja seharian bisa Rp 12.000, kali sebulan berapa, itu harapannya," jelasnya.