RADAR NONSTOP - Kehidupan normal baru bisa terlaksana tahun 2022. Hal ini dikatakan WHO.
Kepala tugas sains WHO, Dr. Soumya Swaminathan memperkirakan dunia baru mulai berpikir untuk hidup normal di tahun 2022.
Menurutnya saat itu banyak orang sudah mulai mendapatkan vaksin sehingga kekebalan tubuh pun mengalami peningkatan.
BERITA TERKAIT :"Saya pikir bisa jadi pada 2022 kita akan mulai berpikir untuk kembali ke kehidupan normal seperti saat sebelum pandemi," ujar Swaminathan di tengah konferensi pers virtual dari Jenewa, Swiss.
"Jadi untuk waktu yang lama, kami harus mempertahankan tindakan yang sama saat ini diterapkan dengan jaga jarak, mengenakan masker, dan menjaga kebersihan."
Ia mengatakan saat ini petugas kesehatan dan peneliti tengah mencari cara untuk mengendalikan penularan virus corona.
"Itu harus dilanjutkan setelah vaksin mulai diluncurkan, karena kami membutuhkan 60 hingga 70 persen populasi untuk memiliki kekebalan sebelum melihat adanya penurunan drastis dalam penularan virus," ucapnya menambahkan.
Seperti halnya peneliti lain, ia mengatakan sejauh ini belum bisa menjamin efektivitas vaksin yang tengah dikembangkan oleh banyak kalangan.
"Kami juga tidak tahu berapa lama vaksin ini akan melindungi - itulah tanda tanya besar lainnya: Berapa lama kekebalan bisa bertahan? Dan mungkin saja Anda membutuhkan sebuah 'pendorong'."
Mengutip CNN, seiring dengan berjalannya waktu dan vaksinasi yang kian massif, Swaminathan berharap penularan virus corona tak ubahnya seperti virus musiman. Hanya terjadi 'pasang surut' dalam hal kasus dan penularan di musim-musim tertentu.
Pernyataan WHO disampaikan di tengah melonjaknya kasus dan angka kematian akibat virus corona di seluruh dunia.
Badan Kesehatan PBB ini juga sempat memperingatkan Eropa terkait potensi lonjakan kematian akibat Covid-19. pada Oktober dan November.
"Ini akan menjadi lebih sulit. Pada Oktober dan November kita akan melihat lebih banyak kematian," kata Direktur WHO Eropa Hans Kluge dalam sebuah wawancara dengan AFP.
Hal tersebut disampaikan setelah melihat kelemahan dan kekuatan sistem kesehatan dan masyarakat Eropa di tengah pandemi.
Dia juga mengatakan bahwa pandemi corona telah mengganggu layanan untuk penyakit tidak menular, termasuk pemantauan diabetes, hipertensi, dan skrining kanker di 68 persen negara Eropa.
Perkiraan WHO disampaikan ketika virus corona telah menginfeksi 30.106.180 orang dan menewaskan 946.363 jiwa di seluruh dunia. AS, India, dan Brasil menjadi tiga negara dengan kasus infeksi tertinggi di seluruh dunia.