RADAR NONSTOP - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai, dibukanya kembali pembelajaran tatap muka di zona kuning oleh Kemdikbud, sangat berpotensi mengancam kesehatan dan keselamatan warga sekolah, khususnya guru, siswa, tenaga kependidikan, dan keluarga mereka.
Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Satriwan Salim mengatakan terbukti sampai hari ini bermunculan kluster-kluster baru penyebaran covid-19 di sekolah, terbaru di Balikpapan, Pontianak, dan Rembang, yang mengorbankan guru termasuk siswa.
"Bagaimana kegiatan sekolah bisa terlaksana? mengingat adanya larangan siswa untuk melakukan kegiatan ekstrakurikuler, dan olahraga. Lalu interaksi siswa antarkelas juga dilarang, kantin ditutup, tak ada kumpul ramai-ramai bercengkrama di kantin, tak ada acara-acara siswa, selama masuk sekolah 4 jam siswa hanya berdiam di kelasnya. Kondisi-kondisi seperti ini yang membuat pembelajaran tak akan efektif," ujarnya di Jakarta, Kamis (13/8).
BERITA TERKAIT :Satriwan melihat, Interaksi antarsiswa yang sangat dibatasi, tak jauh beda dengan selama belajar dari rumah (BDR/PJJ). Tapi potensi sebaran covid-19 diantara siswa, guru dan warga sekolah lainnya tetap akan muncul. Sebab tak ada jaminan pasti, jika siswa mematuhi aturan tersebut secara ketat.
"Ditambah lagi ketika siswa dan guru pulang-pergi ke sekolah naik kendaraan umum. Apalagi rumah mereka berada di zona merah atau oranye. Tak ada jaminan kesehatan yang steril dari covid-19 selama menumpangi kendaraan umum," jelasnya.
Artinya, sambung Satriwan, mulai keluar dari rumah, naik kendaraan umum, sampai di sekolah, dan pulang kembali ke rumah, kesehatan dan nyawa siswa serta guru benar-benar sedang terancam.