Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
Virus Corona

Rupiah Babak-Belur, Jangan Sampai Tragedi Krismon 98 Terulang 

NS/RN | Selasa, 24 Maret 2020
Rupiah Babak-Belur, Jangan Sampai Tragedi Krismon 98 Terulang 
Ilustrasi
-

RADAR NONSTOP - Rupiah terus anjlok. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) makin babak belur. 

Pada Senin (23/3), rupiah melemah di perdagangan pasar spot menembus level Rp 16.550/US$ di pasar spot. Rupiah melemah 4,09% dibandingkan dengan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Lemahnya rupiah bisa membuat ekonomi Indonesia goyang. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sebelumnya menyatakan, depresiasi nilai tukar ayang sedang dialami Indonesia saat ini juga dialami negara lain bahkan pasar global secara keseluruhan.

BERITA TERKAIT :
Lawrence Wong Kena COVID-19, Yang MMau Liburan Ke Singapura Waspada
Rakyat Menderita Saat Corona, Koruptor Malah Beli Pabrik Air Minum Di Bogor

Penyebabnya tak jauh-jauh dari sentimen terhadap penyebaran virus Corona. Perry menyatakan, investor global sedang mengalami ketidakpastian yang sangat tinggi. Hal ini yang juga mempengaruhi rupiah.

"Dow Jones anjlok, premi resiko meningkat. Investor global di semua negara (terdampak Corona) hampir semuanya melepas asetnya," kata Perry di Jakarta.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan skenario terburuk pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah penyebaran virus corona (COVID-19). Menurut dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di level 2,5-0%.

Hal itu diungkapkannya usai hasil rapat terbatas (ratas) mengenai kebijakan moneter dan fiskal menghadapi dampak ekonomi pandemi global covid-19 melalui video conference dikutip dari akun Sekretariat Negara, Jumat (20/3/2020).

Banyak lembaga internasional yang sudah membuat skenario pelemahan pertumbuhan ekonomi global gara-gara corona.

"Di Kemenkeu buat beberapa seknario, katakan jika skenario durasi covid berapa lama, berapa bulan, dan kemungkinan terjadi pergerakan yang dipersempit dan jika terjadi lockdown," kata Sri Mulyani.

Skenario yang dibuat Kementerian Keuangan juga memasukkan aspek seperti perdagangan internasional, penurunan harga minta mentah dunia, penerbangan, okupansi kamar hotel, ketersediaan bahan pokok dan kesehatan, hingga terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK), serta terjadi lokcdown.

Menurut dia kalau semua aspek terjadi, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di level 2,5% bahkan di level 0%.

"Jika masalah jauh lebih berat dan durasi COVID lebih dari 3-6 bulan dan terjadi lockdown dan perdagangan internasional drop di bawah 30%, sampai dengan tadi beberapa penerbangan drop 75% hingga 100%, maka skenario bisa menjadi lebih dalam pertumbuhan ekonomi bisa 2,5-0%," jelasnya.

Meski demikian, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengaku belum bisa menyampaikan secara pasti skenario yang pas untuk mengatasi kondisi virus corona saat ini seperti apa.

Menurut dia, pemerintah masih tetap akan menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 4% melalui stimulus yang sudah diterbitkan, baik dari fiskal, moneter, maupun sektor keuangan.

"Kami nggak berharap itu terjadi makanya safety nett dan mendukung sektor usaha berjalan harus dilakukan. Ini fokus yang kami lakukan dengan Menko, BI, OJK untuk bisa bantu maksimal ke mereka," ungkapnya.

#Rupiah   #Dolar   #Corona