RADAR NONSTOP - Muhammad menjadi salah satu calon Walikota Tangerang Selatan (Tangsel). Birokrat tulen yang menjabat sebagai Sekda Tangsel ini dituding gagap.
Pengamat Politik dari Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Adib Miftahul menilai, Muhammad, gagap dengan pembangunan yang ada di Tangsel. "Tidak ada yang baru. Muhammad tak mampu memberikan terobosan," akunya kepada wartawan, Minggu (19/1).
Menurut Adib, sebagai petahana seharusnya Muhammad bisa mengeksplor lebih dalam tentang pencapaian dan apa yang menjadi kelemahan Tangsel setelah memasuki usia sebelas tahun.
BERITA TERKAIT :"Muhamad seperti tidak mampu melihat apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Dimana retorik normatif semata yang disampaikannya di hadapan penguji PSI, tidak ada argumentasi baru dan terbarukan," kata Adib.
Adib mencontohkan terkait masalah sosial kemasyarakatan seperti perekonomian dan banjir. "Persoalan tersebut tidak bisa diuraikan dengan baik oleh Muhammad. sehingga terlihat gamang dan kurang meyakinkan dalam menyampaikan argumentasinya," bebernya.
"Harusnya, sebagai orang nomor tiga dilingkungan pemeritahan, dia (Muhamad) bisa menjelaskan detail masalah dan langkah apa yang akan diperbuatnya baik saat peristiwa kejadian maupun ketika menjabat sebagai Walikota mendatang," ungkam Adib.
Dengan begitu, Adib menjelaskan, retorik pemaparan Muhammad di hadapan panelis independen PSI semacam itu sangat bisa diterima apabila yang menyampaikan adalah kontestan dari luar pemerintahan.
"Sebagai orang dalam pemerintahan, saya sangat tidak bisa memahami argumentasi yang disampaikan tersebut," terang dosen komunikasi politik ini.
Kendati demikian, sebagai Sekda dan juga Ketua Tim Penyusunan Anggaran, Muhamad harusnya bisa dan jeli bagaimana melihat dan menata Tangsel dimasa mendatang.
"Inikan langkah dan arah pembangunan rutinitas yang harus bisa diurai dan diselesaikan dengan baik oleh seorang Sekda tidak terkesan gagap kaya begini kelihatannya," paparnya.
Tetapi, Adib menilai wajar, jika Muhamad tak menyampaikan kelemahan dan persoalan Tangsel. Karena ada alasan takut untuk 'dikuliti' kelemahannya.
"Masih sungkan istilahnya. Bagaimanapun dia adalah ASN, anak buah Walikota saat ini. Ketika Muhammad menyalahkan sebuah kebijakan misalnya, maka maknanya dia menyalahkan dirinya sendiri. Ada rasa tak pantas jika mengkritik bosnya begitu," tambah Adib.