RADAR NONSTOP - Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyoroti penunjukkan Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono sebagai Wakapolri.
Pasalnya, Jenderal bintang dua itu otomatis akan mendapat kenaikan pangkat yang sangat cepat. Neta menyingung soal 'prestasi' Gatot selama Pilpres 2019 lalu terutama di Jakarta.
"Di era Gatot sebagai Kapolda, capres 01 Jokowi berhasil menang 4 persen mengalahkan capres 02 Prabowo. Padahal saat itu capres 02 sangat dominan dan mendominasi ibukota," kata Neta seperti dilansir merahputih, Sabtu (21/12/2019
BERITA TERKAIT :Saat Pilpres lalu, Jokowi menang di tiga dari lima kotamadya di DKI Jakarta. Menurut Neta, ada tiga alasan kenapa Gatot pantas menjadi Wakapolri. Pertama, dia pernah dijagokan internal polri untuk menjadi Kapolri.
Kedua, prestasi di pendidikan kepolisian dia cukup menonjol. Ketika PTIK dan Sespim, Gatot selalu bersaing dengan Tito Karnavian. Tito peringkat satu dan Gatot peringkat dua.
"Ketiga, saat proses pilpres 2019 sebagai Kapolda Metro Jaya Gatot "cukup berdarah darah" mengamankan ibukota yang bolak balik diterjang aksi demo diwarnai kerusuhan," imbuh Neta.
Di sisi lain hubungan Kapolri Jenderal Idham Azis dan Gatot cukup dekat sejak lama. Idham memimpin Satgas Merah Putih dan Gatot memimpin Satgas Nusantara. Bagi Neta, Tito, Idam dan Gatot adalah sahabat tiga serangkai.
"Mereka selalu terlihat bersama sama di saat senggang saat Tito menjadi Kapolri," ungkap dia.
Di Polda metro jaya, selama memimpin Gatot berhasil menjaga keamanan ibukota menjadi kondusif. Sementara, pengganti Gatot adalah Kapolda NTB Irjen Nana Sudjana. Neta mengingatkan, saat Jokowi menjadi wali kota Solo, Nana menjadi Kapolrestanya.
"Tampilnya Nana sebagai Kapolda metro menunjukkan Jokowi semakin hendak menonjolkan "geng Solo" di polri. Setelah Kapolresta solo naik super ekspres menjadi Wakil Kapolda Jateng. Lalu Sigit Listyo Prabowo mantan Kapolresta solo menjadi Kabareskrim dan kini mantan Kapolresta solo Nana menjadi Kapolda Metro," ungkap Neta.
Neta melanjutkan, tantang berat yang harus dihadapi Nana di Polda Metro adalah kemacetan lalu lintas yang luar biasa di Jakarta yg sempat memperangkap Presiden Jokowi dalam kesemrawutan lalu lintas. Soal lalu lintas ini perlu menjadi prioritas Nana. Selain itu kasus narkoba yang terus melonjak.
"Lalu ancaman terorisme dan aksi demo, terutama dari kelompok radikal, sehingga Nana perlu aktif melakukan pendekatan kepada para ulama dan komunitas keagamaan, seperti yg dilakukan Gatot selama ini. Sedangkan kriminal lainnya di wilayah hukum Polda metro masih tergolong wajar," tutup Neta.