RADAR NONSTOP - Tindakan Prabowo yang bersedia bertemu Jokowi membuat relawan dan organisasi pendukung kecewa berat. Prabowo dinilai tidak konsisten melawan kezaliman.
PA (Persaudaraan Alumni) 212 pun menegaskan tak lagi bersama Ketua Umum Prabowo Subianto. “Secara pribadi, istilah 'sepakat akhiri cebong dan kampret' itu istilah buat Prabowo sendiri, kami bukan bagian dari apa yang Prabowo atau Jokowi sebut, karena buat kami, perjalanan perjuangan ini harus berlanjut," kata juru bicara PA 212 Novel Bamukmin kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (13/7/2019).
Ia menegaskan, PA 212 sudah kembali kepada khitoh semula, yaitu sudah tidak lagi bersama partai mana pun, juga tidak lagi dengan Prabowo maupun BPN (Badan Pemenangan Nasional)-nya, karena PA 212 tidak dapat menoleransi kecurangan pada Pemilu 2019, khususnya pada Pilpres. Apalagi karena aksi damai mereka dan Gerakan Kedaulatan Rakyat untuk menolak kecurangan Pilres pada 21-22 Mei, menewaskan sembilan orang dan penyelenggaraan Pemilu 2019 merenggut lebih dari 500 nyawa petugas KPPS.
BERITA TERKAIT :"PA 212 akan tetap berada di barisan imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab. Kami tetap menunggu arahan Beliau dan ulama lainnya," tegas Novel.
Seperti diketahui, pada Sabtu (13/7/2019) pagi Prabowo dan Jokowi bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Pertemuan ini telah lama diinginkan kubu Jokowi sebagai pihak yang pada 21 Mei 2019 diumumkan sebagai pemenang Pilpres 2019 dengan perolehan suara 55,5%.
Pertemuan ini membuat relawan pasangan 02 pada Pilpres 2019, Prabowo-Sandi, merasa dikhianati karena selain Prabowo Pernah berjanji akan 'timbul tenggelam' bersama rakyat untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur, juga karena mereka yakin 55,5% suara yang diraih pasangan nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin merupakan suara hasil kecurangan secara terstruktur, sistematis dan masif (TSM). Para relawan itu pun satu demi satu, melalui media sosial, menyatakan tidak lagi mendukung Prabowo.
Para relawan itu tak sudi kembali dipimpin Jokowi hingga lima tahun lagi, karena pemerintahan Jokowi dalam lima tahun terakhir (2014-2019) tidak ramah terhadap Islam dan sangat nyata pro asing-aseng.