RADAR NONSTOP - Light Rail Transit (LRT) Jakarta adalah proyek gagal. Alhasil, kereta api ringan ini hanya menyedot APBD DKI hingga Rp 5,8 triliun.
DPRD DKI Jakarta meminta kepada pemprov agar melaporkan proyek LRT ke KPK. "Banyak makan biaya, tak efektif dan telat beroperasi," aku Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M Taufik saat dihubungi wartawan, Kamis (13/6).
LRT yang harusnya beroperasi sejak Asian Games 2018 mendadak gagal. LRT awalnya untuk mengangkut atlet dari Veledrome ke Kelapa Gading.
BERITA TERKAIT :Apresiasi LRT Luncurkan Fitur Pembayaran Baru, FPPJ: Sangat Inovatif
Sudah Gak Corona Lagi, DPRD DKI Cari Tempat Rapat Yang Cihuy Bahas RAPBD 2025
Usai Asian Games, LRT diharapkan bisa mengurangi kemacetan. "Saya yakin gak fungsi karena jaraknya dekat," terang M Taufik.
Soal kegagalan anggaran, Taufik menyinggung APBD senilai Rp 5,8 triliun yang telah dikucurkan untuk membangun proyek tersebut. "Panjang lintasan LRT hanya 5,8 kilometer. Terlalu mahal dan hamburkan uang daerah," sindirnya.
LRT Jakarta mulai diujicobakan ke publik sejak Selasa lalu. Uji coba digelar sembari mempersiapkan LRT beroperasi secara komersial. "Makanya sepi saat ujicoba. Yang paling efektif sebaiknya lapor ke KPK agar tak ada masalah di belakang hari," ungkap Ketua Gerindra Jakarta ini.
LRT diklaim merupakan salah satu moda transportasi massal berbasis rel yang ramah lingkungan. Pembangunannya dilakukan secara elevated di atas tanah ruang milik jalan tol dan non-tol untuk menghubungkan Bekasi, Bogor dan Jakarta.
PT Adhi Karya Tbk adalah badan usaha yang ditunjuk untuk membangun prasarana LRT. Awalnya bukan LRT, tapi saat itu Ahok menolak monorel.
Padahal ketika Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI telah mengaktifkan kembali proyek monorel pada Oktober 2013.
Namun, pekerjaan tersebut dibatalkan oleh penerusnya Ahok. Akhirnya dibangunlah LRT yang saat ini dituduh oleh DPRD sebagai proyek gagal.
